#18

11 6 2
                                    

"Kok berhenti di sini, Ven?" Ais menengok ke segala arah dan mendapati Naven berhenti di depan minimarket.

"Beli es krim dulu," katanya sambil turun dari mobil.

Tidak lama, Naven sudah datang membawa sekantung besar camilan. Ais jadi melongo, "banyak amat?"

"Sengaja biar dimakan bareng."

Ais menggeleng. "Gak usah, gue gak minat makan apapun sekarang."

"Gak boleh nolak rejeki. Nih, makan. Lo emangnya gak mau makan es krim? Gue liat-liat keknya lo demen makan es krim, deh."

Dengkusan Ais terbit di wajahnya. "Mana sini?" ucapnya dengan intonasi galak.

Naven jadi terkekeh geli. Di sodorkannya kantong plastik tersebut agar Ais bisa memilih es krim apa yang akan ia makan.

"Ini es krimnya banyak amat lo beli," Ais menoleh pada Naven. "Emang gak meleleh lo beli sebanyak ini? Entar rugi duit lo kebuang-buang gitu."

"Gak bakalan rugi kalo lo makannya cepet." Naven memasukkan kerupuk ke dalam mulutnya.

Akibat mobil yang hening, suara kriuk dari kerupuk tersebut terdengar nyaring.

"Ini kalo gue sakit lo yang tanggung, ya?" kata Ais selagi membuka bungkus es krim di tangannya.

"Iya, gue yang tanggung. Tenang aja."

Lagi-lagi Ais mendengkus. Sepersekian detik kemudian, tatapan Ais berubah kosong. Pikirannya berlarian mengingat kondisi Keysha seperti apa sekarang.

Dua kali.

Ais dua kali mencelakakan orang dengan kasus yang hampir sama.

Anis dengan alergi kacang, dan Keysha dengan alergi bulu kucing. Hasilnya sama, dua cewek itu berakhir di rumah sakit, karena dirinya.

Hembusan nafas Ais keluarkan sembari mengusap wajahnya kasar. Tidak peduli kalau di sebelahnya Naven sedari tadi memerhatikannya.

Apa yang ia suka ternyata adalah hal yang bisa mencelakakan orang lain.

"Bukan salah lo, Yis. Sumpah, deh!" kata Naven seakan tahu kegelisahan yang Ais rasakan saat ini.

Ais menoleh ke arah Naven yang menatapnya teduh. "Kalo bukan salah gue, salah siapa, Ven?"

"Kucingnya." Ais menghembuskan nafas kasar saat mendengar dengan entengnya Naven menyalahkan kucing cantik tersebut yang jelas-jelas tidak bersalah.

Yang bersalah tentu dirinya. Yang membawa kucing cantik nan gembil tersebut mendekat ke arah Keysha adalah dirinya.

"Yis, itu di luar kendali lo. Lo belum kenal lama Keysha, baru beberapa kali ketemu. Jadi bukan salah lo kalo lo gak tau dia punya alergi sama kucing. Oke?" Naven memegang pundaknya.

Posisi duduk Naven sudah berubah. Dari tegak menghadap ke depan, kini menyerong menghadap ke arahnya.

Tangan Naven setia di tempatnya. Saat hembusan nafas Ais terdengar, Naven meremat pundaknya sebentar lalu menepuknya seakan memberitahu kalau memang betul bukan salahnya. Meyakinkannya bahwa kejadian ini di luar kendalinya.

Sekali lagi, "ini di luar kendali lo, Yis, oke? Sama kayak insiden sebelumnya, itu juga bukan salah lo, di luar kendali lo. Posisi lo di sini gak tau apa-apa. Gak usah nyalahin diri lo sendiri," kata Naven.

Naven menarik senyum saat melihat Ayis mengangguk kecil. Kepalanya juga sudah menegak kembali, tidak lagi menunduk seperti sebelumnya.

"ES KRIM LO MELELEH, YIS!"

Dan pekikan Naven adalah bukti kerusuhan yang akhirnya membuat Ais kalang kabut menghabiskan semua es krim yang Naven beli sore itu.

°°°

Love Line || Jung Jaehyun [ON GOING] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang