#28

2 1 0
                                    

Ais tahu, tangisnya yang tadi dan tangisnya yang sekarang akan selalu berakhir sia-sia.

Tangisnya tidak akan merubah apapun. Sekalipun dalam setiap titik air mata yang jatuh ia berharap bahwa akan ada keajaiban untuk memutar waktu ke masa lalu.

Nyatanya, ia tetap berada di tempatnya. Bersembunyi di balik selimut dengan mata yang terus mengeluarkan setitik air mata bak tak ada lagi hari esok untuknya.

"Yis ... lo udah tidur?"

Ais menyibak sedikit selimutnya, dan berbalik menatap pintu. Di baliknya, ada Marfin yang berdiri cemas.

"Gue masuk, ya, Yis."

"Jangan!"

"Yah, gue udah masuk, Yis." Marfin melangkah mendekat dengan raut sesal yang dibuat-buat.

Melihat itu, Ais tidak bisa menahan untuk tidak memutar bola mata malas, mendengkus sebentar sebelum akhirnya mengambil posisi duduk.

"Nangis lagi?" tanya Marfin sembari ikut duduk di sisi kasur yang kosong.

Kebungkaman Ais membuat Marfin menatapnya lama. Sebelum akhirnya mengangguk dan berkata, "wajar, sih, lo nangis. Abis patah hati gitㅡ"

"Lo kalo nyebelin mending keluar dari sini. Gueㅡ"

"Gue cuman mau bilang, berita penculikan tentang Arga Pramono udah keluar. Bentar lagi, lo mungkin dipanggil untuk kasi kesaksian."

Mata Ais bergerak menatap Marfin cepat. Tangannya menggenggam lengan Marfin. Dengan mata sedikit menajam, Ais berkata, "apa dengan gue kasi kesaksian, dia bakalan bisa dipenjara lama?"

"Gue gak ngerti soal gitu-gituan, Yis. Tapi seenggaknya, kalo kasus ortu kita juga dibawa dan bisnis ilegalnya terungkap, bisa aja dia mendekam di penjara untuk waktu yang cukup lama," jelas Marfin.

Ais mengulum bibirnya sebentar lalu berdecak di akhir.

"Gak usah dipikirin banget, Yis. Oke?"

Perkataan Marfin tidak Ais indahkan. Pikirannya berlalu lalang ke sana kemari. Lantas dalam beberapa detik selanjutnya, ia tiba-tiba berseru lantang memanggil nama Marfin.

"Marfin!"

"Kenapa-kenapa?"

"Hp gue mana?"

"Hp lo?"

"Iya. Mana?!"

"Gue gak tau. Lo simpen dimana sebelumnya?"

Ais mengacak rambutnya frustasi, lantas sedikit menariknya.

Nafas Ais berhembus gusar. "Gue yakin gue sempet lakuin recording kemarin."

"Ngapain lo recording?"

"Gak tau, gue pengen aja. Mungkin karena faktor Keysha yang katanya di kejar, dan gue mau seenggaknya ada bukti suara kalau-kalau terjadi sesuatu, jadilah akhirnya gue ngerecord selama perjalanan. Tapi sekarang hp gue dimana?"

"Pantes aja tadi gue telpon-telpon mulu gak diangkat."

Ais menghembuskan nafas cemas. Ada satu bukti yang hilang.

Karena kecerobohannya, ia menghilangkan bukti tersebut.

Ais meraih tangan Marfin. Menatap memohon kembarnya itu. Dan seakan mengerti, Marfin mengangguk.

"Gue cari."

"Gue ikut!"

"Enggak, Yis, bahaya! Mending lo tinggal di rumah, oke?"

"Justru itu! Gimana kalo Si Arga-Arga itu tiba-tiba dateng ke rumah bawa anak buahnya buat culik gue lagi?"

Dan penjelasan Ais berhasil membuat keduanya berakhir di lahan pembangunan pabrik baru.

Love Line || Jung Jaehyun [ON GOING] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang