#32

5 0 0
                                    

Hari persidangan Arga Pramono tiba.

Kasus penculikan yang dilakukan Arga Pramono bergulir bak drama. Mulai dari bukti rekaman yang ditolak karena dalih rekaman tersebut bisa saja hanya sebuah editan, lalu kesaksian Ais, kesaksian Marfin dan juga Naven, hingga akhirnya tiba pada Keysha.

Ais sepenuhnya sadar kalau tangannya terkepal kuat di kedua sisi tubuhnya saat Keysha justru memberi kesaksian bahwa yang melakukan penculikan justru Ais dan Arga Pramono adalah seseorang yang telah berjasa menolongnya.

Lantas keadaan berbalik arah. Arga Pramono berhasil membuat dirinya berada satu langkah di depan.

Memutar kasus menjadi kasus pencemaran nama baik yang keluarga Sastranagara lakukan.

Berkata bahwa Sastranagara memiliki dendam padanya sejak kematian Mahendra dan berakhir ingin membuat Arga Pramono hancur. Lalu bak seperti orang yang memiliki hati mulia, ia tidak akan menuntut keluarga Sastranagara atas pencemaran nama baik tersebut.

Omong kosong luar biasa, Ais hampir meledakkan emosinya kalau saja Marfin dan Naven tidak menahan tangannya dan menyalurkan ketenangan.

Tatapan kebencian di kedua bola mata Ais terpancar saat Arga Pramono bersama Sang pengacara berjalan dengan santai keluar dari ruang persidangan.

"Maaf, Yis. Mama gagal buat menangin kasus ini, dan lagi-lagi mama gak bisa buat Arga membayar semua kejahatan dia."

Saat mama menunduk penuh sesal, tangan Ais dengan cepat menarik tubuh mama Fara untuk ia peluk. Memberi isyarat melalui pelukannya itu kalau ia baik-baik saja.

"Gak pa-pa, Ma. Mungkin belum saatnya aja, tapi kita gak boleh nyerah. Akan ada saatnya Arga Pramono bakalan dapat ganjaran atas semua kejahatan yang udah dia buat."

Ais menggiring langkahnya keluar bersama yang lainnya hanya untuk mendapati Arga Pramono dengan angkuh melakukan wawancara singkat dengan semua reporter di depan sana.

Dalam hati Ais mengutuk. Menyebut seluruh jenis sumpah serapah sebelum akhirnya wartawan datang mendekat dan meminta penjelasan dari Sang mama selaku penggugat atas kasus ini.

Langkah Ais mundur, memberi Sang mama ruang dan memilih berjalan menuju bangku yang tersedia.

Helaan nafas Ais berhembus memerhatikan mamanya juga papanya melakukan wawancara dan mencoba menjawab satu persatu pertanyaan dari Sang reporter.

"Harus gini banget hasil akhirnya? Padahal baru sidang pertama, loh?" kata Ais dengan tatapan nanar.

Marfin menarik Ais untuk ia rangkul. Katanya, "Gak pa-pa, Yis. Seperti yang lo bilang ke mama Fara, mungkin belum saatnya aja sekarang. Tapi nanti, akan ada saatnya kita menangin kasusnya dan kasi Arga Pramono ganjaran atas apa yang udah dia lakuin."

Dengkusan kecil adalah jawaban dari Ais. Kepalanya menoleh pada Naven. Menepuk tangan cowok itu lalu berkata, "thanks buat kesaksian lo hari ini, Ven."

"Yoi."

Senyum Ais mengembang seiring tarikan di kedua sudut bibir Naven terbit.

Kepala Ais kembali menghadap ke depan. Kedua tangannya terlipat di depan dada, raut wajahnya cemberut kentara. "Keysha kenapa, sih? Apa yang salah sama tu bocah? Bisa-bisanya malah nuduh gue yang culik dia. Padahal gue yakin dia liat Arga Pramono bunuh salah satu anak buahnya, dan gue waktu itu dalam keadaan terikat."

"Agaknya, sih, Arga Pramono ini nyogok Keysha dan keluarganya. Entah nyogok atau mungkin aja justru mereka diancam." Kedua bahu Naven terangkat acuh setelah menyelesaikan kalimatnya.

"Jelasnya aja, sih, Yis. Keysha gak suka sama lo, jadi mending lo gak usah deket-deket lagi sama dia," ucap Marfin yang diangguki setuju oleh Naven.

"Bandel, sih! Udah gue bilangin gak usah deket-deket sama Keysha, tapi tetep ngeyel!" Kata Marfin lagi.

Love Line || Jung Jaehyun [ON GOING] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang