#16

8 6 0
                                    

Beberapa jam yang lalu

"Aarav, mama mau bicara sama kamu."

Aarav mengangguk. Mengikuti langkah Sang mama yang masuk ke dalam kamar.

Didudukkannya dirinya di pinggir kasur, menunggu Sang mama yang berjalan mendekat ke arah lemari dan menarik sesuatu yang Aarav yakini adalah sebuah album foto.

Kalau Aarav tebak, album itu pasti penuh dengan kenangannya bersama Sang adik di masa kecil mereka bersama.

"Ini foto kamu sama Ayis waktu habis main petak umpet." Aarav menoleh ke mama yang tersenyum penuh tulus sembari mengusap permukaan foto tersebut.

"Mama inget, dulu kalian main petak umpet bertiga sama Marfin. Waktu itu, yang paling jago sembunyi diantara kalian itu cuman Ayis aja," jeda, mama menoleh menatap Aarav yang membuka mulut hendak bertanya.

Otaknya jadi bekerja lebih cepat. Dan mulai mengerti 'sahabat' macam apa yang dimaksud Ais. Aarav jadi menarik kesimpulan, adiknya dan Marfin itu sempat terjebak friendzone sebelum akhirnya menjalin hubungan.

Ternyata mereka sudah bersama sedari kecil. Aarav jadi menunduk bersama senyum simpulnya. Ia sudah salah menilai Ais.

"Mungkin kamu gak inget, tapi yang paling cemberut waktu main petak umpet itu kamu. Soalnya kamu terus yang cari mereka, karena kamu selalu gagal."

"Menjelang magrib, kamu masih main bertiga. Marfin udah kamu temuin, tapi Ayisnya enggak. Alhasil, kamu panik. Saking paniknya, kamu lari-larian dari taman ke rumah cuman buat manggil mama sambil nangis."

Tawa kecil mama mengudara. "Setelah kejadian itu, kamu bener-bener takut buat main petak umpet lagi. Lebih tepatnya, kamu takut kehilangan Ayis."

"Terus-terus, ma. Ayisnya ditemuin dimana?" Aarav menanti jawaban Sang mama yang terlihat berpikir.

"Kalau mama gak salah inget, Ayis dulu ditemuin dibalik semak-semak lagi tidur bareng kucing."

"Bisa-bisanya," gumam Aarav.

Aarav kembali menaruh atensi pada lembar album yang terbuka.

Ada Aarav yang bergelantungan sembari memakai topi dengan baju kuning. Perutnya sedikit terlihat.

Aarav meringis melihat bagaimana perutnya yang sedikit buncit.

"Ini foto Marfin sama Ayis waktu ulang tahun. Kamu yang fotoin mereka berdua." Mama menunjuk satu foto yang memperlihatkan Ais dan Marfin sedang meniup lili. Di foto kedua, Marfin dan Ais berpelukan erat. Dan di foto terakhir dalam lembar album tersebut, ada Aarav yang memegang hp, bersiap mengabadikan momen Ais dan Marfin.

"Ulang tahun mereka bersamaan emangnya, ma?"

Mama mengangguk. Menoleh ke arah Aarav, dan berkata, "kamu mau tau gak fakta mengejutkan?"

"Apa?"

"Marfin dan Ayis itu saudara kembar."

"Apa?!" suara Aarav melengking. Cukup untuk membuat Sang mama sedikit tersentak dibuatnya.

Ditepuknya pelan pundak sang anak lantas berkata, "kamu mungkin bakalan lebih kaget denger ini dari mama."

"Apa, ma?"

"Kamu dan Ayis sebenernya bukan adik kakak, tapi kalian sudah dijodohkan sejak kecil."

Aarav menutup mulutnya, syok berat telah mendengar pernyataan Sang mama.

Apalagi ini?

Hela nafas Aarav keluar dari celah bibirnya. "Sebelum hilang ingatan, apa aku juga tau soal ini?"

Love Line || Jung Jaehyun [ON GOING] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang