28 - Kita Teman

7K 1.5K 177
                                    

Lagi. OSIS mengadakan sebuah acara yang membuat Haryan membawa kameranya lagi. Kali ini tepat di bulan Agustus, untuk merayakan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia, OSIS mengadakan sebuah acara yang berisi beragam lomba. Seperti Class Meeting, tetapi dengan lomba yang lebih menjurus ke hal terkait kemerdekaan atau budaya Indonesia.

Ada lomba band dengan syarat lagu yang dibawakan harus bertema kemerdekaan, melukis dengan tema terkait budaya Indonesia, lomba tari dan musik tradisional.

Acara ini juga dibuka untuk umum, sehingga terlihat lebih ramai dari biasanya.

Haryan jadi dapat mengajak Baza untuk ikut berpatisipasi membantunya mengambil gambar. Hitung-hitung sebagai refreshing karena itu adalah hobi akut sejak Baza SMP.

"Ja, foto tim Mahesa yang nari di panggung kedua," titah Haryan pada Baza yang sedang mengatur setelan kameranya. 

"Oke," jawab Baza, lalu melangkah ke panggung kedua.

Di lapangan sekolah, ada dua panggung yang dipakai untuk berlomba. Panggung pertama ada lomba band, sedangkan panggung kedua ada lomba tari tradisional.

Selang-seling musik antar panggung bersahutan. Saat ini masih musik band, selanjutnya pasti tari tradisional. Terus begitu, agar musik tidak terdengar bertubrukan dan menganggu konsentrasi peserta.

Haryan mengambil gambar dengan semangat. Dia berkeliling panggung band untuk menangkap momen yang pas agar foto yang dihasilkan juga tepat. Kebetulan Rilda juga ada di sekitar sana, otomatis senyum Haryan pelan-pelan mengembang. 

Tak lupa, biasanya jika Haryan sudah memegang kamera, pasti ada saja siswa yang meminta untuk difotokan. Biasanya dari para panitia OSIS. Haryan pun mengiakan saja seperti biasa selagi mereka mengatur gaya penuh kehebohan.

Tanpa sadar, Haryan sudah membiarkan Baza sendirian di depan panggung kedua. Cowok itu pun mengakhiri sesi fotonya bersama para panita, lalu berjalan ke panggung kedua untuk mencari Baza. Hanya dengan sekali pengamatan ke sekeliling, Haryan langsung menemukan sahabatnya itu. 

"Baja!" panggil Haryan ke Baza, sambil menerobos kerumunan depan panggung kedua. Sedang ada pentas tari mandau yang membuat volume suaranya kalah. 

Haryan tetap melangkah, menyusul Baza. Dia menemukan Tisya di tengah-tengah kerumunan, tetapi tidak menyapanya karena terlalu fokus ke Baza yang tiba-tiba melangkah keluar dari kerumunan. Haryan kontan menatap ke arah pandangan Baza. Ke mana cowok itu akan pergi? Haryan menyipitkan matanya, fokus melihat seorang cewek yang sedang dikejar Baza. 

"Duh, jangan ampe kumat lagi, dia," keluh Haryan sambil mempercepat langkahnya hingga sampai tepat di belakang Baza.  

"Baja, eh Baja!" Haryan berhasil menghalangi langkah Baza, berdiri di depannya dengan tangan yang mencengkeram bahu cowok beralis tebal itu agar sadar. "Lo kenapa?!" 

Tak ada jawaban dari Baza, membuat Haryan langsung bertanya lagi ke inti, "Cewek yang lo liatin itu kenapa?"

Napas Baza semakin tak stabil. Dia terlihat bingung mengatakan apa. "Gue ngeliat Aunia. Tadi. Beneran. Gue curiga dia masih hidup."

Haryan mengernyit. "Lo kumat Ja?"

"Enggak, beneran gue lihat dia." Baza menarik napas dan menunjuk cewek berambut panjang dengan bando ungu di kepalanya itu. "Biarin gue lewat, gue mau samperin dia."

Haryan menggelengkan kepala. "Ja, jangan gitu! Aunia udah meninggal."

"TAPI GUE LIAT DIA!" Baza mendorong Haryan dari hadapannya dan menghampiri cewek itu.

Buku Harian HaryanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang