Selama ulangan semester, pertemuan Haryan dengan Rilda terbatas. Bahkan, lebih tepatnya hampir tak ada. Karena selama ulangan, mereka hanya bertemu di parkiran, itu pun sekali.
Sayangnya Rilda mengenakan helm saat itu, jadi Haryan tak terlalu dapat menyadari tatapannya juga. Namun, Haryan yakin, kalau Rilda memang menatapnya.
Kalau saat hari ulangan, Haryan hanya datang, ulangan, istirahat untuk belajar, ulangan, dan makan cilok di kantin setelah bel pulang berdering. Sudah. Sesimpel itu sampai seminggu.
Di sisi lain, Haryan juga jadi harus sering-sering menemani Baza yang baru saja ditinggalkan Aunia-cewek yang dulunya terlihat seperti putri tidur itu sempat menjadi ceria setelah berpacaran dengan Baza. Mungkin karena Baza membiayainya sampai sehat.
Namun, setelah itu, Aunia malah pergi tanpa jejak, membuat Baza kecewa berat.
Kehadiran Haryan dan Tisya di sisinya itu lebih penting. Karena akhir-akhir ini Baza berubah, lebih banyak diam. Kalau biasanya Baza hanya diam, sekarang dia makin banyak-banyak diam. Seolah tak memiliki semangat hidup lagi.
Haryan dan Tisya jadi prihatin.
"Baja, makan dong!" Tisya duduk di sebelah sahabatnya itu. "Jangan galauin dia terus."
Haryan menatap Tisya dan memberikan isyarat untuk diam. Sebenarnya, di antara mereka bertiga, walau Baza terlihat kuat di fisik, Baza juga menjadi orang yang lemah di mental.
Menurut Haryan, Baza terlalu sering memendam. Nyaris tidak mengekspresikan apa yang dia rasa dan cenderung memendamnya sendirian tanpa menceritakan ke siapa pun. Selama ini, soal Aunia, Baza hanya menceritakannya sekilas ke Haryan. Selepas itu, tak pernah lagi sampai sekarang. Haryan saja sampai kaget kalau ternyata orang sebaik dan sangat peduli ke teman-temannya seperti Baza malah ditinggalkan begitu saja.
Baza kurang apa coba? Baza pintar, banyak skill, kaya, ramah, perhatian, serius, dan lebih banyak diam-kecuali kalau menghadapi Haryan yang plin-plan, lemah, dan manja.
Baza yang setampan itu saja ditinggal, apalagi Haryan yang pas-pasan. Haryan merasa bahwa cewek-cewek yang meninggalkan Baza ini tak tahu bersyukur, termasuk Tisya yang pernah selingkuh di belakang Baza.
Haryan tahu, Baza memiliki hati lembut yang selalu iba dengan siapa saja. Sudah banyak bukti yang Haryan temukan saat mereka bersahabat, contohnya saat Haryan baru masuk ke kelas Otomotif. Seminggu pertama, Baza selalu menemani Haryan nongkrong di kelas, setelah mendengar cowok berambut ikal itu mendapat bentakan kakak kelas, sampai ketakutan dan mau pindah jurusan jalur uang.
Baza kuat di fisik, tapi untuk mental, dia lemah. Haryan jadi khawatir cepat atau lambat Baza yang dikenalnya itu berubah jadi lebih dingin dan lebih cuek.
"Baja." Haryan memanggil sahabat di hadapannya. "Lo jangan jadi nyiksa diri gini."
Baza mendongak, lalu mengernyit. "Enggak. Gue nggak pa-pa."
"Baja!" Tisya meninggikan nada bicaranya. "Nggak pa-pa apanya? Lo dari tadi diem terus, nyimak kita aja enggak."
Haryan mengeluarkan dompetnya. "Gue traktir mau? Lo belom makan kata tante dari pagi. Ulangan matematika terakhir tadi nggak nguras tenaga lo apa?"
Baza menatap ke bawah, diam, dan menggeleng saja.
"Ja!" Haryan membentak. "Ayolah, jangan gitu! Gue nggak tega liatnya."
"Iya." Tisya mengiakan cepat. "Udahlah, nggak usah pikirkan Aunia yang pergi itu. Pikirkan diri lo sendiri aja, udah. Jangan peduli lagi. Terus cerita juga, jangan dipendem gini berhari-hari. Aunia udah kabur dari seminggu yang lalu dan lo bener-bener irit ngomong banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Harian Haryan
Novela Juvenil(WATTYS WINNER 2021 Kategori YOUNG ADULT) (#4 Fiksiremaja 24/5/24) Tersasar ke Jurusan Otomotif di SMK membuat Haryan berbaur hingga gaya pakaiannya disebut seperti anak kolong jembatan. Hal itu membuat banyak cewek yang menolak Haryan, tetapi saat...