"Yan, lo pernah nggak, sih, punya perasaan ke gue, gitu?"
Samar-samar Haryan mendengar suara Tisya, membuatnya buru-buru membuka mata. Haryan langsung dikejutkan dengan cerahnya lampu ruang tengah.
"Bangun juga akhirnya!" Tisya menoyor kepala Haryan yang masih mengerjapkan mata. "Tidur yang bener sana!"
Haryan mengucak matanya dan melemparkan pandangan ke Baza yang sedang membaca artikel di ponsel.
"Habis nonton teater, ngajak nonton film bareng, eh dianya malah ketiduran," jelas Tisya yang membuat Haryan jadi mengingat semuanya. "Gue sama Baja mau pulang. Lo jangan kayak orang susah tidur di sofa."
Haryan menguap.
"Ih, nguap ditutup dong, jorok!" protes Tisya, nyaring.
Haryan yang masih mengumpulkan nyawa itu lantas duduk di sebelah Baza dan bertanya, "Lo ngapain?"
Baza tersenyum kecil melihat Haryan yang setengah mati menahan sisa kantuknya sehabis dimarahi Tisya. "Lagi cari info tentang SNMPTN. Tidur sana dah, gue sama Tisya mau pulang."
Tiba-tiba dari pintu kamar orang tua Haryan, Rianti keluar dengan langkah yang dihentak-hentakkan. "Yan!" panggil Rianti.
Mendengar panggilan tak damai yang membuat jiwanya merasa terancam, Haryan sontak menoleh. "Apa, Ma?"
"Besok kita bikin acara reuni besar-besaran, nggak mau tau!"
"Apa Tante?" Tisya dan Baza keheranan.
"Bi Darmi mana? Bi Darmi!" Suara Rianti terdengar menggelegar seantero rumah.
Secepat kilat Bi Darmi datang dan langsung diberikan perintah untuk mempersiapkan segala hal berkaitan dengan acara reuni besok. Setelahnya, Rianti baru menatap Haryan dengan sedih.
"Mama nggak suka ya kalau kamu dibilang kayak anak kolong jembatan sama temen arisan." Rianti langsung duduk di sofa sebelah Haryan dan memeluknya. "Mana si Barno itu bilang kamu jomlo terus lagi, kayak nggak laku. Hih, emosi Mama kalau kamu dijelek-jelekin anak temen sendiri!"
Haryan mengerjapkan mata, melepas pelukan mamanya, lalu menunjukkan tampang bertanya. "Hah? Gimana-gimana?"
Rianti menghela napas kasar dan menoleh ke Baza. "Jelasin Ja."
Baza menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Hm, saya aja kurang ngerti Tante."
"Haduh." Rianti membalas tatapan Tisya. "Jelasin Tis."
Tisya melotot. "Baja aja kurang ngerti, apalagi saya, Tan."
Haryan yang melihat kedua sahabatnya kebingungan langsung memeluk Rianti. "Kalau mau acaraan, jeda beberapa hari, Ma. Kasihan Bi Darmi punya waktunya malam ini aja," pintanya.
"Ya sudah, karena hari ini hari Sabtu, kalau gitu hari Senin acaranya. Kebetulan besoknya, hari Selasa itu tanggal merah."
Haryan mengerjapkan mata. "Buru-buru banget Ma, ada apa memangnya?"
Rianti menggeretakkan gigi. "Mama mau bikin promnight, reuni temen-temen SMP kamu dari SMP Cipta Karsa untuk tiga angkatan. Nggak suka banget Mama, masa kamu dibilang kayak anak kolong jembatan pas Mama lagi arisan. Mama elaklah ejekan mamanya Barno itu, eh, malah disebut buktinya kamu jomlo. Nggak terima ya! Please! Masa anaknya Rianti Rukmana digituin?!"
Melihat mamanya yang menjadi secerewet Tisya membuat Haryan menekuk wajah ketakutan. Cukup Tisya saja yang cerewet, labil, dan bersuara keras seperti itu, mamanya jangan sampai.
"Ma, biarkan aja orang begitu, orang iri," ujar Haryan, berusaha menenangkan gejolak emosi mamanya.
Baza mengangguk mengiakan. "Iya Tante, daripada ngadain acara sebesar itu. Ribet."
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Harian Haryan
Teen Fiction(WATTYS WINNER 2021 Kategori YOUNG ADULT) (#4 Fiksiremaja 24/5/24) Tersasar ke Jurusan Otomotif di SMK membuat Haryan berbaur hingga gaya pakaiannya disebut seperti anak kolong jembatan. Hal itu membuat banyak cewek yang menolak Haryan, tetapi saat...