Kemarin mereka bertiga baru saja tertawa bersama, tapi ketika Haryan melangkah masuk ke ruang piket, menyapa Pak Satpam sekolah, dan melihat berita di televisi, dia yakin bahwa setelah ini senyum Baza akan sirna.
Atau mungkin, Haryan akan kehilangan jiwa sahabat baiknya. Jiwa Baza yang penuh aura positif, semangat hidup, dan penuh manfaat.
Baza pasti akan sangat terpukul melihat berita ini.
"Pak, matikan aja Pak televisinya!" pinta Haryan sambil menyebarkan pandangan ke lapangan yang dikelilingi gedung jurusan, takut tiba-tiba menemukan Baza.
Pak Satpam mengeluarkan koran yang ada di bawah meja piket. "Itu mantan siswi sekolah ini bukan? Di koran ada nama lengkapnya, Aunia Karlivasya."
Haryan menggeleng. "Pak, matikan aja Pak televisinya, please!"
"Jangan dulu, leh. Innalillahi, berita yang di televisi memang bener anak sekolah ini. Sama, loh, beritanya kayak di koran," kata Pak Satpam.
Haryan mau tak mau berlari keluar dari ruang piket, mencari Baza untuk mencegahnya agar tak pergi ke sana. Haryan sangat takut bila Baza sampai melihat berita di televisi itu.
"Yan!" Suara Baza menggema di sekeliling.
Rupanya cowok itu sedang berdiri di depan kelas Tisya, menyapa beberapa siswi Jurusan Akuntansi kenalannya. Haryan tersenyum puas karena Baza berada di tempat yang tepat.
Namun, beberapa siswa kontan lari menuju ruang piket, menciptakan keramaian yang membuat perhatian Haryan dan Baza teralih.
Pasti Baza akan terpancing ke sana.
Sekilas, Baza melirik Haryan yang menggelengkan kepala samar. Seperti yang kita tahu, Haryan tak pandai berbohong, dan bisa juga tak jago dalam menyembunyikan kebenaran.
"Ja, jangan!" pinta Haryan yang membuat Baza yakin bahwa ada sesuatu yang tidak beres.
Baza pun berlari menuju ruang piket juga, tak peduli teriakan Haryan yang mencegahnya.
"Kenapa, Yan?" Tisya menghampiri cowok itu.
"Kejar Baja Tis, jangan sampe dia liat berita!" jelas Haryan sambil mempercepat larinya.
Namun, terlambat. Baza sudah melihat berita kematian itu di televisi, juga diberikan oleh Pak Satpam sebuah koran dengan berita utama yang sama.
Remaja asal Indonesia tewas melompat dari balkon kamar hotel lantai tujuh di Singapura.
Nama Aunia, pacar Baza yang menghilang tempo hari tertera di berita tersebut.
Tubuh Baza menegang di tempat. Sembari menonton berita di televisi, Baza memaki dalam hati.
Tiba-tiba Haryan datang dari arah lapangan. "Baja, sorry, Ja!"
Baza tak mendengar itu, dia fokus ke televisi dan mencengkeram koran yang diberikan Pak Satpam.
"Baja, harusnya lo nggak liat ini," kata Haryan sambil menarik sahabatnya itu sebelum makin terluka. "Baja!"
Pak Satpam yang melihat itu langsung mematikan televisi, membuat Baza berhenti dari sikap diamnya.
Dia menjadi sadar keadaan dan melihat ke arah Haryan. "Ini bukan salah lo," kata Baza. "Pak, nyalakan televisinya lagi. Saya butuh info itu."
Tisya tiba-tiba merebut remote televisi dari tangan Pak Satpam. "Jangan, Pak! Baja nggak boleh sampai jadi pendiam akut lagi."
Bel berdering, pertanda semua siswa harus berkumpul di lapangan untuk mengikuti lomba-lomba Class Meeting lagi.
"Sudah bel, Nak, kalian ke lapangan aja dulu," kata Pak Satpam pada Baza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Harian Haryan
Ficção Adolescente(WATTYS WINNER 2021 Kategori YOUNG ADULT) (#4 Fiksiremaja 24/5/24) Tersasar ke Jurusan Otomotif di SMK membuat Haryan berbaur hingga gaya pakaiannya disebut seperti anak kolong jembatan. Hal itu membuat banyak cewek yang menolak Haryan, tetapi saat...