04 - Perubahan Haryan

14.3K 2.8K 173
                                    

Berkat Tirot, Haryan jadi mudah mendapatkan teman di kelas. Haryan juga mulai bisa memahami materi dan mulai membuka diri.

Perlahan, sikap aslinya keluar di kelas. Apalagi, satu kelas isinya laki-laki semua dan tak menyadari bahwa Haryan adalah anak Pak Hartanto. Jadi Haryan tak perlu menjaga image di sana. Dia malah perlahan suka di kelas yang tampak kompak ini, yah walaupun meresahkan.

Teman-teman kelas Haryan cenderung menjadi orang yang apa adanya. Tidak ada guru yang masuk? Yah, tidur ramai-ramai atau jalan keliling satu sekolah sampai ketemu guru BK dan kena hukum lari keliling lapangan. Jadi keliling benaran.

Seragam tidak lengkap dan tidak rapi? Ya, satu kelas terkena hukuman beramai-ramai.

Ada lomba kebersihan kelas? Mereka malah mengabaikannya dan memilih untuk bermain bola bersama-sama di tengah lapangan. Alhasil, mereka dapat hukuman seminggu membersihkan kawasan sekolah.

Cewek cantik lewat di depan gedung jurusan? Semuanya serempak menyahuti. Ada yang bersiul, ada yang berteriak, ada yang melempar pantun. Namun, saat itu juga mereka semua langsung ditimpa hukuman yang lebih berat di lapangan selama sebulan karena itu sudah termasuk tindakan catcalling. Kepala sekolah yang langsung turun menghadapi mereka. Tak tanggung-tanggung, satu jurusan dihukum semua, dari junior ke senior. Sejak saat itu, bila ada cewek yang lewat, mereka memilih diam karena sudah benar-benar kapok. 

Saat upacara sulit diatur? Kalau ini sudah tak perlu dipertanyakan. Satu jurusan sering mendapat hukuman. Haryan sudah melalui banyak hukuman dan menjadikannya pribadi yang santai.

Pikiran negatif sudah jarang lewat di kepalanya. Hanya sesekali, ketika Haryan merasa kehidupan aslinya yang serba mewah dan amat terpenuhi mulai kembali, alias ketika dia pulang ke rumah.

Jurusan yang dulu dikiranya akan jadi pengalaman terburuk dalam hidup, justru berubah menjadi jurusan yang membuat hidupnya menjadi berwarna. Haryan bisa menemukan sisi terbebas dan tersantai dalam hidupnya. Yah, walaupun meresahkan.

Kini Haryan duduk di meja makan dengan papa dan mamanya yang sudah duduk di hadapan.

"Papa baru sadar kamuternyata sudah nyaman banget di Jurusan Otomotif," kata Hartanto sebelum menyuap makanan ke mulutnya.

"Kan, Haryan udah bilang pas itu Pa," balas Haryan lalu melirik mamanya, "Mama inget, kok. Iya, kan, Ma?"

Rianti mengangguk. "Mama ingat kalau itu.Kirain kamu nggak bakal sanggup masuk jurusan itu, tapi sampai dua bulan inibuktinya bisa bertahan. Yah, walaupun meresahkan. Mama sudah pasrah. Yangpenting kamu beradaptasi."

"Oh, iya dong, Haryan udah jago beradaptasi sekarang," kata Haryan dengan nada bangga.

"Oh, ya? Kalau begitu, Papa turut senang." Hartanto segera minum setelah makanannya habis. "Papa kira kamu bakal minta tolong untuk turun ke sekolah langsung karena jurusannya beda banget dari apa yang kamu minatin. Kamu bisa aja pindah ke Jurusan Akuntansi, lewat jendela."

"Hehe, awalnya doang Pa, tapi sekarang Haryan suka suasana kelas sendiri. Asik, walaupun meresahkan. Jadi Papa nggak perlu turun atau pindahin Haryan ke Jurusan Akuntansi lewat jendela," Haryan ikut minum setelah berbicara.

"Kamu mampu pelajarin materi terkait otomotif?" Rianti bertanya. "Mama khawatir kamu nanti nggak bisa jaga perusahaan Papa, sama start-up Mama."

Haryan terdiam.

"Jangan berpikiran negatif dulu, Ma. Haryan pasti bisa. Papa yakin. Dia juga butuh masa SMK yang keras biar dia tau dunia ini aslinya gimana. Dari SD dia selalu ketemu sama orang baik-baik. Giliran ketemu tukang bentak aja langsung kaget. Makanya, Papa dukung aja kalau dia masuk Jurusan Otomotif. Biar kuat fisik sama mental," jelas Hartanto yang sedikit membuat Haryan lega, "tapi nanti pas kuliah kamu siap-siap aja ya, ngikut bener-bener jurusan yang Papa sama Mama mau."

Buku Harian HaryanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang