Siapa nama adik kelas yang selalu memerhatikan Haryan itu?
Dari jurusan apa dia?
Dan yang paling penting, dia lulusan SMP apa?
Itu jadi pertanyaan Haryan yang paling utama dalam menjalankan misi mewarnai masa putih abunya. Terus terang, walau selalu bersikap tidak peduli dengan tatapan itu, kepala Haryan akan menganalisa alasannya. Semakin dia berpikir untuk tidak peduli, malah membuatnya sering memikirkan tatapan itu.
Jadi kali ini Haryan memberanikan diri untuk mencari kelas dan jurusan cewek misterius itu, bersama Kakang yang notabenenya sebagai playboy jurusan, kelas kakap, juga mampu melemahkan cewek-cewek dalam sekali kedipan mata, itu kata jurusan tetangga. Entah dilebih-lebihkan atau tidak, yang jelas, terdengar iya.
Haryan ingin sekali mengusap rambut penuh estetika ketika berjalan dengan Kakang. Duh, tapi, Kakang memang ganteng, tak seperti dirinya. Haryan kalau mengusap rambut takut dibilang kutunya kemana-mana. Lagipula, kali ini rambutnya sedang tak ada.
Kembali ke tujuan, jadi saat ini destinasi pertama mereka adalah Jurusan Akuntansi. Kenapa? Karena adik kelas yang menatap Haryan itu cewek dan di Akuntansi dominan cewek. Maka, jurusan itulah yang menjadi dugaan Haryan.
Kakang berjalan di depan Haryan dan berhenti di kelas XI Akuntansi 3. Dia mulai mengeluarkan gestur yang membuat para cewek terpana, seperti mengusap rambut, berpose bak model majalah, dan tersenyum semenarik mungkin sampai dijuluki senyumnya kayak ngajak nikah.
Lalu, dia menyapa, "Assalamu'alaikum para ukhti."
"Hai Kakang!"
"Wa'alaikumussalam. Nggak ke kantin, Kang?"
"Nggak ngadem di perpus, Kang?"
Haryan terkesima, sembilan puluh persen siswi di kelas itu merespons. Luar biasa! Haryan mengaga.
Namun dia tersadar, untuk apa mereka ke gedung Jurusan Akuntasi dan berdiri di lantai dua yang merupakan sarang kelas XI? Haryan ingin mencari kelas si adik kelas itu, bukan cewek seangkatan.
"Eh Kang, ngapain ke sini? Tujuan kita kelas sepuluh, bukan sebelas elah," peringatnya sambil mendorong-dorong bahu Kakang.
"Lo mau cari degem apa denis?" Kini Kakang melontarkan pertanyaan aneh yang membuat Haryan tak mengerti.
"Hah?"
Kakang yang semula bersandar pada pintu kelas XI Akuntansi jadi berdiri tegap. Dia pun menegaskan, "Dedek gemes, apa dedek manis?"
Haryan mengangguk paham. "Kalau decan gimana?" tawarnya.
Kakang langsung paham dengan arah pemikiran Haryan. Dia melangkah ke railing balkon lantai dua gedung ini dan melihat ke lantai bawah. "Kelas X Akuntansi biasanya cantik-cantik. Berdasarkan pengalaman gue yang udah jadi tuling—"
"Apa lagi itu tuling?" sela Haryan mulai heran dengan istilah-istilah Kakang yang aneh dan unik.
"Tukang keliling," jawab Kakang, lalu menunjuk ke lantai bawah serong kiri. "Untuk dedek cantik, di sono kelasnya. Biasanya kelas Akuntansi 2 cantik-cantik, kalau Akuntansi 1 manis-manis, kalau Akuntansi 3 gemes-gemes. Tapi gue belum survei, sih, untuk angkatan baru ini. Mana tau kulturnya beda lagi. Ini cuma dugaan sementara gue aja."
Haryan heran, refleks menggaruk tengkuknya. "Kok lo bisa tau?"
"Gue tuling, ah, lo banyak tanya. Jadi nyari decan apa enggak?"
Haryan menyentuh dagunya dan berpikir sejenak. Adik kelas dengan tatapan misterius yang mencari 'masalah perasaan' dengannya ini terlihat lebih rapi, manis, cantik, tetapi cara berpakaiannya terlihat lebih stylish. "Hmmm, kalau nyari destetik di mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Harian Haryan
Novela Juvenil(WATTYS WINNER 2021 Kategori YOUNG ADULT) (#4 Fiksiremaja 24/5/24) Tersasar ke Jurusan Otomotif di SMK membuat Haryan berbaur hingga gaya pakaiannya disebut seperti anak kolong jembatan. Hal itu membuat banyak cewek yang menolak Haryan, tetapi saat...