15 - Nama Panjang

9.4K 2K 247
                                    

Dalam suasana persekolahan yang tenang, Tisya duduk di bangku depan kelas. Langit mendung, jam istirahat yang damai, dan tidak ada tugas jurusan. Semuanya aman sampai dia melihat keanehan Haryan di tengah lapangan.

Cowok berambut ikal tipis itu melangkah menuju gedung Jurusan Multimedia. Tisya mendeteksi ada sebuah misi rahasia Haryan.

Tisya menghalangi langkah Haryan menuju gedung jurusan itu. Akhir-akhir ini, Tisya sering melihat Haryan pergi ke kelas Baza. Padahal biasanya, Baza yang akan pergi ke kelas Haryan dan berbaur di sana.

Tisya jadi heran. Haryan mulai beradaptasi dengan banyak orang. Apalagi semenjak masuk OSIS dan selalu membawa kamera ke mana-mana. Ya ampun, Tisya sampai malu sendiri terkadang. Haryan suka main jepret kamera sana-sini.

"Ke mana lo?!" Tisya merentangkan tangan. "Lo nyembunyiin sesuatu, kan? Kalian berdua nyembunyiin sesuatu dari gue, kan?"

"Berdua?" Haryan menaikkan kedua alisnya, lalu menyilangkan tangan di depan dada, berusaha terlihat santai. Walau, sudah jelas, Haryan kalau bohong akan kelihatan. "Ahaha, nggak kali Tis. Gue cuma mau ke kelas Baja."

Tisya mendengkus sebal. "Ke kelas Baja atau ke kelas-kelas sekitar kelas Baja?" tebaknya tepat sekali.

"Gue mau fotoin buat anak-anak sekbid 4 sekaligus anak ekskul mading. Kan, ada kelas baru di sebelah kelas Baja. Mau diliput sama mereka. Masa gue sebagai sekbid 9 nggak boleh ikut bantuin?" Kali ini, jawaban Haryan natural, karena memang jujur.

Yah, walau di sisi lain dia punya tujuan lebih spesifik.

Haryan menipiskan kedua bibirnya saat mendapat tatapan menginterogasi dari Tisya. Cepat-cepat dia menegur, "Lo kenapa, sih, Tis? Kayak nggak tenang banget."

"Gue yakin ada sesuatu, nih." Tisya mengusap dagunya dengan dua jari. "Ada sesuatu dari kalian berdua yang disembunyiin."

Haryan menghela napas kasar. "Kalau gue, kayaknya udah jelas tadi. Kalau Baja, itu bukan hak gue untuk bongkar pencapaian dia."

"Pencapaian?" Tisya melotot. "Baja dapet cewek baru?" Tebakan Tisya selalu benar. Mungkin karena dia menggunakan insting perempuannya.

"Iya, dia jadian sama Aunia—ups, bego Haryan keceplosan!" Haryan lantas memukuli mulutnya, membuat Tisya tersenyum semringah.

Namun, di detik setelahnya tiba-tiba Haryan mendapat cubitan keras di perutnya, sampai dia berteriak. Tisya memang tidak kuat meninju, tapi kalau soal mencubit sakitnya jangan ditanya.

"Kenapa lo nggak bilangin, gue?! Dari kapan jadiannya?" Tisya meninggikan nada bicaranya.

Haryan semakin takut bila Tisya sudah menguak pertanyaan seperti ini. Tisya itu mantan Baza juga. Haryan jadi bingung harus jujur atau mengarang cerita supaya tidak merusak perasaan Tisya.

Oh ya, hampir saja lupa, Haryan tidak bisa mengarang dengan cerdas dan natural. Semua pasti akan terbongkar.

Haryan menatap Tisya malas. "Lo jangan patah ati kalau gue kasih tau faktanya."

"Iya!" Tisya berkacak pinggang. "Cepet!"

"Dah, dari seminggu yang lalu kayaknya," jawab Haryan pasrah, malas menatap Tisya, "Baja jadian sama Aunia. Itu loh, si cewek yang suka tidur kayak Sleeping Beauty. Satu kelas mereka. Makanya Baja cinlok."

Namun, Haryan tiba-tiba salah fokus ke seseorang yang berdiri tak jauh dari Tisya, membuatnya mengabaikan sahabat ceweknya sejak SMP itu.

Ada Rilda di sana, tidak sedang menghadap ke Haryan memang, tapi Haryan yakin pasti sesekali cewek itu meliriknya.

Buku Harian HaryanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang