07 - Traktir Teman

11.4K 2.3K 165
                                    

"Hai guys!" sapa Haryan kepada sekelompok cowok yang duduk di meja ujung kantin.

Merasa sakit karena ajakannya ditolak Wulan, akhirnya Haryan memilih ke kantin sendirian dan bergabung saja dengan siapa pun yang dikenalnya.

Baza yang merupakan bagian dari kelompok itu menoleh. "Dari mana aja lo? Gue cariin tadi di kelas."

"Biasa, ngincar cewek," celetuk Raja yang merupakan teman Baza dari Jurusan Multimedia, tetapi berbeda kelas.

Kali ini Haryan sedang bergabung dengan tiga anak dari Jurusan Multimedia. Tak sengaja matanya menatap pintu masuk kantin dan melihat ketiga teman kelas. "Woi Sesep, Kakang, Tirot! Sini!" teriaknya.

Tiga orang yang dipanggil itu cepat-cepat duduk di antara Haryan dan teman dari Jurusan Multimedianya. Mumpung belum diambil orang lain dan mumpung kantin belum terlalu ramai. Mereka duduk dengan keributan, membuat cowok-cowok dari Jurusan Multimedia terdiam.

"Nggak bisa, gue dipojok!"

"Loh, jangan, punggung gue butuh sandaran!"

"Healah, ribet amet jadi cowok!"

Haryan berdeham melihat kelakuan tak terkontrol teman-temannya. "Elah, jangan berisik, atuh. Liat neh, temen gue. Ini Baza, gue biasa panggil Baja, ini Raja, terus ini Aldo. Mereka semua temen gue dari Jurusan Multimedia. Kenalin-kenalin, mumpung kita masih di kelas junior."

Sesep, Kakang, dan Tirot langsung manggut-manggut, lalu bersalaman satu sama lain.

Kakang bertanya, "Temen-temen lo anak multimed semua ya, Yan?"

"Ada juga dari akun," jawab Haryan sambil meraba saku celananya, mencari dompet.

"Lo emang terlantar dari dua jurusan?" tanya Sesep dengan polosnya karena tak tahu apa-apa tentang Haryan yang masuk ke SMK Wardhana Adibasra ini.

Yah, tak apa, Haryan sekarang malah merasa biasa saja dengan pertanyaan itu karena sudah terlantar dan berbaur ke jurusan yang tidak diinginkannya.

Haryan menaikturunkan alis, pertanda mengiakan.

"Anak multi pakaiannya emang selalu rapi," komentar Sesep, "pantes lo tergeser ke oto, karena lo emang cocok gabung sama kita."

"Yoi," jawab Haryan santai sambil mengeluarkan uang seratus ribu rupiah dari dompetnya. "Kang, sana pesen, ni duit, kalian semua gue traktir!"

"Dih, banyak duit lo." Kakang mendelik saat menerima uang itu. Tak menyangka Haryan yang penampilannya seperti itu juga bisa memiliki duit banyak. Dia mengira uang di dompet Haryan paling banyak hanya dua puluh ribu rupiah.

"Udah sana!" Haryan memperbaiki posisi duduknya. "Kalian pesen apa? Pesen aja, gue traktir segitu buat kalian semua. Makan yang enak."

"Serius lo?" Raja tertawa keras. "Ah, sedap!" Dia langsung berdiri dan menghampiri Kakang yang sudah jalan duluan untuk memesan.

Sesep dan Tirot saling lirik kemudian berdiri, mengikuti langkah Raja yang bersemangat untuk request makanan ke Kakang. Sementara itu, Aldo dan Baza yang notabenenya memiliki keluarga berada hanya melihat kepergian mereka.

Baza menggelengkan kepala. "Lo...." Baza menatap Haryan dari atas hingga ke bawah. "Ah, gue tau lo kenapa!"

Haryan menaikturunkan alis lagi, pertanda iya. "Biasa."

"Daripada traktir orang, mending lo perbaiki baju seragam lo dulu," saran Baza, "gue prihatin sama lo. Pantesan doi lo pada kabur."

"Duh, males beli baju, maunya makan aja." Haryan duduk menaikkan satu kaki ke bangku, tak takut dilihat siswa lain. Ya, jiwa siswa kelas berisik dan amat pemberani sudah menyatu dalam raganya, walau hanya sesekali. "Lo mau makan apa, Ja? Sebut aja ke Kakang."

Buku Harian HaryanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang