Haryan masuk ke perpustakaan karena di situlah tempat paling aman untuk menyembunyikan buku harian. Haryan ingin menyembunyikannya di rak terpencil paling ujung perpustakaan yang tak mungkin dicapai siswa.
Namun, sebuah suara menyentak Haryan.
"Heri? Yuhu!" Itu suara Tirot dari rak sebelah.
Haryan cepat meletakkan bukunya di rak ujung samping tembok.
"Heri? Heher? Heri? Yuhu!" Panggilan itu terdengar seperti iklan kartu Axis pada siaran televisi zaman dulu.
Haryan buru-buru keluar dari dalam cela antar rak dan memunculkan kepalanya yang membuat Tirot tersenyum semringah. Di belakangnya, Kakang dan Sesep juga muncul menyapa Haryan. Mereka pun bersama-sama duduk di celah antara dua rak buku paling ujung ruangan.
Tirot menyandarkan diri di rak sambil mengipaskan tangannya ke wajah. "Di luar panas banget. Memang bagus ide lo jalan tiba-tiba ke sini Her."
"Heri always best kalau nyari tempat ngadem," puji Kakang sambil membaringkan diri yang membuat celah antar rak semakin sempit.
Haryan masih mengangguk-angguk tegang saja. Dalam pikirannyan, dia memiliki dugaan jikalau bukunya bisa jatuh dari rak dan menimpa mereka. Biasa, Haryan memang sering berpikir negatif kalau sudah membahas hal-hal terkait privasi, rumah, dan masa depan.
"Jangan ditanyalah pokoknya, lo kalau mau ngadem harus ngikutin langkah Heri," tambah Sesep yang ikut merebahkan diri.
"Her, kok lo tegang, sih?" Tiba-tiba Tirot menegur dan berhasil membuat Haryan tersentak sadar.
"Anu, nggak kok, enggak. Gue, tuh, cuma... kepikiran masakan di rumah aja." Haryan menyandarkan tubuhnya pada rak samping dinding. "Laper, eh."
"Baru juga makan tadi, tumben lo."
Eh? Iya juga, sih, batin Haryan makin gelisah.
"Tidur, tidur, jam istirahat masih lama!" titah Kakang yang sudah mengatur posisi enak untuk menutup mata.
Bagaimana bisa Haryan tidur di tempat sempit seperti ini?
* * *
"SEMUA YANG ADA DI DALAM RUANGAN, KELUAR!"
Tubuh Haryan diguncang begitu kuat. Sayup-sayup dia mendengar suara yang memanggil namanya. Dia mengerjapkan mata spontan saat mendengar panggilan jelas, "Heri!"
"Nah, sudah bangun, dia."
Haryan masih mengumpulkan nyawa, kebingungan melihat ketiga teman berdiri di depannya. Mereka terlihat tergesa menunggunya untuk bangkit.
"Ayo ke lapangan!"
"Hah?"
"Ayo ke lapangan!"
Haryan melempar pandangan ke sekitar. Dia ternyata tertidur di perpustakaan. Tolonglah, Haryan plin-plan sekali. Buru-buru dia bangkit dan berlari menyusul temannya untuk keluar dari perpustakaan.
Baru mengumpulkan nyawa dan langsung disuruh berlari dari lantai dua ke lapangan memang sangat membuat kaki tegang. Haryan yang baru sampai di lapangan langsung terjongkok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Harian Haryan
Genç Kurgu(WATTYS WINNER 2021 Kategori YOUNG ADULT) (#4 Fiksiremaja 24/5/24) Tersasar ke Jurusan Otomotif di SMK membuat Haryan berbaur hingga gaya pakaiannya disebut seperti anak kolong jembatan. Hal itu membuat banyak cewek yang menolak Haryan, tetapi saat...