35 - Pasangan Prom

5.9K 1.3K 157
                                    

Haryan melenggang masuk ke dalam rumah. Keramaian sekolah membuat kepalanya pening ditambah lagi suasana ricuh dapur yang tiada habisnya sejak tadi subuh. Berisik sekali. Haryan sampai pusing sendiri.

Malam ini akan ada acara besar di rumah Haryan. Sebuah acara reuni akbar tiga angkatan di SMP-nya dulu, yakni di SMP Cipta Karsa. Haryan akan mengundang semua siswa yang bersekolah di SMP tersebut pada tahun 2016 dari kelas satu hingga tiga. Pastinya akan ramai dan akan membuat kepala Haryan pusing sekali.

Namun, di sisi lain Haryan juga mau rumahnya ramai, sekali-sekali. Yah, walaupun akan terasa pusing.

Belum lagi jika dia harus bertemu dengan para manusia elit yang sangat menjaga image mereka di depan orang-orang. Haryan yang sudah tidak bergabung dengan orang seperti itu, sepertinya mulai merasa sediki gugup. Pasalnya, lingkungan barunya tiga tahun belakangan ini lebih cocok disebut sebagai rimba dengan segala keributannya.

"Haryan!" Rianti datang pada anaknya yang sedang duduk di sofa ruang tengah itu, melamun dan meratapi nasib. "Sini, Nak! Mama mau lihat kamu cocoknya pakai tuxedo yang mana," katanya sembari memamerkan dua tuxedo berwarna abu-abu dan hitam.

Haryan mengernyit melihat Rianti yang berjalan terburu-buru ke arahnya. Cowok berambut ikal itu pun pasrah, berdiri, dan membiarkan Rianti mengambil alih tubuhnya untuk dikenakan dua tuxedo itu.

"Oke, cocoknya abu-abu kalau kamu," imbuh Rianti sembari membantu Haryan melepas tuxedo-nya. "Kamu mau yang hitam atau yang abu?"

"Pasrah Haryan, Ma."

Rianti hanya tertawa kecil menanggapi. "Yang bakal jadi pasangan kamu di prom siapa malam ini Yan?"

Mendengar pertanyaan yang jarang sekali keluar itu membuat Haryan refleks menggaruk tengkuknya. "Emmm, nggak ada Ma. Kenapa harus prom, sih, acaranya?"

Rianti berdecak. "Kan, Mama sekalian mau promosi brand tuxedo sama dress baru Mama di start-up. Makanya, Mama pilih acara prom yang resmi juga. Biar elegan gitu pakaiannya. Ini namanya trik marketing." Wanita paruh baya itu mulai mengangkat dua tuxedo Haryan. "Ini dua brand baru yang bakal kamu pakai. Sisanya, bakal dipakai sama beberapa temanmu pas SMP. Yang jadi pasanganmu nanti Mama kasih gratis. Makanya Mama tanya, ada enggak? Kalau nggak ada cepat cari, sebelum Mama pilih random."

Haryan menghela napas. "Ya sudah, deh, Ma."

"Cari pasangan. Buat sekalian Mama promo dress," tandas Rianti sebelum pergi ke ruangan kerjanya lagi.

Helaan napas Haryan terdengar kasar ketika ruangan tengah kembali sepi. Cowok berambut ikal itu lantas meraih ponsel dan mulai mengetikkan sesuatu di sana. Siapa kira-kira yang akan menjadi pasangan acara prom-nya malam ini? Dan yang paling mengerikan, bagaimana cara mencari pasangan yang tidak akan terlibat perasaan jika diajak? Terus terang saja, Haryan malas meladeni sikap mereka.

"Apa gue bayar aja kali, ya? Cuma buat nemenin prom doang, nggak aneh-aneh pokoknya," gumam Haryan sembari mencari nama kontak cewek di ponsel.

"Kalau Tisya datang tanpa pasangan, bisa aja, sih, dia aja. Nggak ribet malah guennya. Tapi masa Baja sendirian, gitu?"

Haryan mendekatkan ponselnya ke telinga sambil menunggu panggilan dijawab di seberang sana. "Tis, ntar malem lo beneran nggak bawa cowok lo, kan?"

"Kenapa memangnya?" Tisya mengeraskan suaranya di seberang sana, sepertinya dia sedang berada di luar. "Kalau kalian nggak bawa, ya gue nggak bawa. Kalau kalian bawa, hayuk aja gue bawa juga."

"Gue disuruh cari sama nyokap. Mau dipakaikan dress, tuh, katanya. Gratis lagi. Lo mau nggak? Lumayan. Gue juga nggak keberatan kalau lo yang dapet," jawab Haryan.

Buku Harian HaryanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang