1. Terlambat

2.7K 173 0
                                    

Vote dulu sebelum baca!

*

*

*

*

"Mampus dah lo, Karina!" umpat seorang gadis di atas sepeda motornya.

Gadis itu melirik spidometer di motornya, jarum pada spidometernya menunjukan angka 80 km/jam. Sebenarnya ia sedikit takut berkendara dengan kecepataan itu, tapi apa boleh buat, ia sudah terlambat sekolah. Lebih sialnya ini hari senin dan hari senin identik dengan upacara, jika terlambat maka hukumannya akan bertambah dua kali lipat dari hari biasanya, habislah dia.

Gadis itu atau panggil saja Karina sejak tadi tidak henti-hentinya merapalkan berbagai macam doa, berharap upacaranya belum dimulai dan yang menjaga gerbang bukan guru killer.

Lagipula sekolahnya ada-ada saja. Masa setiap MPLS semua murid diwajibkan untuk berada di sekolah sebelum jam 06.40. Karina yang rumahnya jauh tentu saja dibuat ketar-ketir.

Karina sampai di depan gerbang sekolah dengan selamat, ia berkali-kali mengucap syukur karena gerbang sekolah belum ditutup dan upacara belum dimulai meskipun dapat ia lihat dari kejauhan jika semua murid sudah berada di lapangan untuk berbaris. Tetapi ia memiliki kendala lain, ia belum memarkirkan sepeda motornya. Letak parkiran tepat berada di belakang lapangan, yang berarti ia harus melewati lapangan untuk sampai ke parkiran. Tetapi mana mungkin ia melewati lapangan yang keadaannya sudah seramai itu, pasti malu sekali.

"Aduuh, gimana nih? Beri Karina bantuan Ya Tuhan!" mohon Karina dengan nada amat putus asa. Keringat dingin mulai mengucur di pelipisnya.

"Kamu telat ya?"

Karina terlonjak kaget, buru-buru ia menoleh ke asal suara. Tampak Bu Dara tengah berdiri di samping gerbang sekolah. Guru itu tersenyum mengerikan ke arah Karina, membuat Karina bergidik ngeri.

"Kamu taruh saja motornya di situ nanti setelah upacara kamu pindahin motor kamu ke parkiran. Cepat! Upacaranya sebentar lagi dimulai. Oh iya, habis ini kamu bakal ibu beri sedikit hukuman," ucap Bu Dara tegas.

"Sedikit maksudnya berapa, Bu?" tanya Karina spontan dengan nada ngeri, perasaannya menjadi tidak enak.

"Gak usah banyak tanya atau mau ibu tambahin hukumannya?"

Mendengar ancaman sang guru, Karina langsung turun dari sepeda motornya, tak lupa mencabut kunci motor. Ia kemudian berlari secepat kilat menuju lapangan, entah kenapa samar-samar ia merasa jika Bu Dara memanggilnya. Tetapi masa bodoh, upacaranya sudah dimulai.

Karina segera bergabung ke dalam barisan kelasnya, XI MIPA 3. Karina berdiri di barisan paling belakang. Karina dibuat bingung karena seluruh murid menatapnya dengan tatapan aneh. Karina mengira bahwa mereka melihatnya seperti itu karena dia datang terlambat, jadi dia memilih untuk mengabaikannya.

"Psstt... psstt..., Dek!"

Tiba-tiba ada yang menoel-noel pundaknya, Karina langsung menoleh ke belakang. Betapa terkejutnya ia begitu melihat orang itu. Orang itu adalah Yoshi, siswa dari kelas 12 Mipa 1. Yoshi adalah salah satu siswa paling populer di sekolah ini, karena selain pintar di bidang akademis dan non akademis, Yoshi juga memiliki wajah yang tampan dan tubuh yang proposional, membuat hampir semua siswi di SMA Anggrek Merah begitu mengidolakannya.

Hari ini tampaknya Yoshi bertugas sebagai anggota PMR yang mengawasi jika nantinya ada peserta upacara yang sakit.

"Dek!" panggil Yoshi lagi.

Right ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang