10. Rumor

477 83 5
                                    

Vote dulu sebelum membaca!

*

*

*

*

*

****
Setelah 4 jam menghadapi kalutnya pelajaran, bel istirahat pertama berbunyi dengan amat merdu. Membuat semua murid menyunggingkan senyum mereka.

"Kuy kantin! Udah laper banget gua," ucap Karina penuh semangat. Ia merangkul pundak Yeji dan Lia. Mereka bertiga berjalan keluar dari kelas.

"Hari ini kalian mau makan apa?" tanya Lia.

"Seblak," seru Karina.

"Batagor dong," timpal Yeji.

"Lo mau makan apa, Li?" tanya Karina.

"Masih bingung nih gua. Bakso enak kali yah?" jawab Lia.

"Semua makanan di kantin kita itu enak semua. Kan dikasih ekstra micin," ucap Karina lalu ia terbahak.

"Pantes rata-rata murid di sini otaknya rata-rata semua," timpal Yeji lalu ikut tertawa.

"Yang penting makan enak," ucap Lia ikut tertawa.

Mereka akhirnya sampai di kantin. Mereka memisahkan diri, Karina pergi ke warung Pak Yanto si penjual seblak, Yeji ke warung Bu Yuri si penjual batagor dan Lia pergi ke warung Pak Jin Young si penjual bakso.

Warung Pak Yanto sangat ramai yang didominasi oleh anak perempuan. Karina dengan sabar mengantre di barisan paling belakang. Tak apa, demi seblak yang pedas.

"Hai... Karina!"

Karina menoleh ke samping kanan, Jeno tengah berjalan menghampirinya. Laki-laki itu tersenyum, membuat Karina langsung memalingkan muka karena malu.

Jeno berdiri di samping Karina. "Gua cari-cari di kelas tadi, ternyata lo di sini," ucapnya.

"Apa? Kak Jeno tadi ke kelas gua? Demi apa?" batin Karina berteriak girang.

Karina tertawa gugup lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia melirik kesana kemari dengan resah, sekali lagi ia menjadi pusat perhatian karena berbicara berdua dengan Jeno.

Karina paham, ia dan Jeno itu bagaikan bumi dan langit. Jadi semua orang pasti terkejut begitu melihat mereka bisa sedekat itu. Ia saja awalnya terkejut Jeno tiba-tiba mendekatinya.

"Lo mau makan apa?" tanya Jeno.

"Seblak," jawab Karina cepat.

Jeno tersenyum. "Oke. Gua yang traktir ya."

"Eh, nggak usah, Kak!"

"Kan kemarin gua udah janji mau traktir lo. Sebagai cowok, gua harus nepatin janji itu. Nggak ada penolakan!" ucap Jeno, ia menekankan kalimat terakhir begitu melihat Karina hendak memprotes.

Karina akhirnya mengangguk pasrah. Tidak ada gunanya menolak, Jeno sepertinya sangat bersikeras ingin mentraktirnya.

Setelah bermenit-menit mengantre, akhirnya giliran Karina dan Jeno untuk memesan.

"Pak, seblak spesial dua porsi," ucap Jeno.

"Pedes apa nggak?" tanya Pak Yanto.

Jeno memandang Karina. "Mau yang pedes apa nggak?"

Karina hanya mengangguk sebagai jawaban. Jeno kembali memandang Pak Yanto.

"Yang pedes."

"Oke. Tunggu sebentar!" ucap Pak Yanto lalu mulai membuatkan seblak untuk Karina dan Jeno.

Right ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang