23. Menuntut Keadilan

427 69 3
                                    

Vote dulu sebelum membaca!

Terima kasih banyak.

*

*

*

*

*

***
"Karina, Yeji, Lia! Bagaimana bisa kalian sampai berantem sama kakak kelas kalian sendiri? Dimana rasa hormat kalian kepada yang lebih tua?" omel Bu Jessi, kepala sekolah SMA Anggrek Merah.

"Kami gak akan macem-macem kalau bukan mereka duluan yang mulai, mereka duluan yang jambak rambut kami. Dan juga seharusnya Bu Guru jangan dulu mengatakan siapa yang lebih tua dan siapa yang harus dihormati, seharusnya Ibu menanyakan dulu siapa yang pertama kali melakukan kesalahan!" ucap Karina lantang, dia menatap sengit ke arah Nancy, Aisha dan Yiren. Karina merasa muak dengan sikap mereka yang sok sopan dan merasa yang paling tersakiti di hadapan Bu Jessi.

"Hei... bisa-bisanya kamu malah balik menggurui saya?" tegur Bu Jessi.

"Sabar, Bu! Jangan terpancing emosi!" ucap Bu Rose, salah satu guru BK mereka.

"Ya itu karena Bu Jessi terkesan memihak satu pihak saja. Kami gak akan kaya gini kalau Ibu bersikap adil," ucap Lia kesal.

"Kalian sungguh sudah kurang ajar sama Ibu. Saya akan kasih kalian hukuman berat."

"Baik, kami terima hukuman kami. Tapi mereka juga harus dihukum berat juga dong, Bu!" ucap Karina.

"Betul itu, harus adil!" timpal Lia.

"Baiklah kalau begitu. Karina, Yeji dan Lia! Kalian saya hukum membersihkan toilet di lantai satu dan dua. Nancy, Aisha dan Yiren! Kalian saya hukum menulis kalimat "saya mengakui telah melakukan kesalahan" sebanyak 100 kali," ucap Bu Jessi.

"Ya gak bisa gitu dong, Bu!" protes Karina dan Lia geram.

"Ini gak adil namanya. Masa hukuman mereka jauh lebih ringan dari kita padahal mereka duluan yang berbuat salah," ujar Lia geram.

"Bu Jessi, bukankah ini terkesan pilih kasih?" ucap Bu Rose, ia terlihat menahan kesal, namun ia tidak bisa melawan karena statusnya yang masih sebagai guru honorer.

"Keputusan saya sudah mutlak, tidak bisa lagi diganggu gugat," ucap Bu Jessi.

Aisha dan Yiren langsung tersenyum penuh kemenangan.

"Tunggu sebentar, Bu! Setidaknya beri kami alasan kenapa hukuman mereka lebih ringan!" ucap Yeji yang sedari tadi diam.

"Ya karena mereka lebih tua dari kalian, tidak seharusnya kalian melawan dan bersikap kurang ajar kepada senior," jawab Bu Jessi.

"Alasan yang tidak masuk akal. Bilang saja karena mereka ini anak para donatur sekolah," ucap Jessi, berhasil membuat semua orang tercengang karena keberaniannya.

"Iya juga. Jadi karena mereka anak dari donatur sekolah makanya mereka diperlakukan kaya ratu," ucap Lia.

"Tapi tetep aja gak boleh kaya gitu, Bu! Kami sama-sama murid disini. Meskipun kami suka nunggak bayar SPP, tapi kami tetep berhak dapet perlakuan adil!" kata Karina lantang.

"Kalau Ibu bisa berbuat seenaknya, maka kami juga akan berbuat hal yang sama," ucap Yeji. Dia mengeluarkan ponsel dari dalam saku celana olahraganya lalu ia memutar sebuah video.

Karina dan yang lain seketika tercengang. Itu adalah video pertengkaran tadi di toilet. Wajah Nancy, Aisha dan Yiren terlihat panik begitu melihat video itu.

Right ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang