20. Kejujuran

471 82 1
                                    

Vote dulu sebelum membaca! Terima kasih banyak.

*

*

*

*


****
"Itu tulisan gua," ucap Yoshi lirih.

Karina merasa shock luar biasa. Sekali lagi, ia mengetahui bahwa ia telah dipermainkan, baik oleh Yoshi maupun Jeno.

"Kenapa?" tanya Karina, matanya memanas akibat diserang rasa kecewa yang amat sangat.

Yoshi tidak menjawab, ia tidak tahu harus menjawab apa. Karena ia takut Karina akan semakin terluka begitu tahu kebenarannya.

"Jawab, Kak! Kenapa Kakak yang bales surat-surat aku bukannya Kak Jeno?"

"Ya itu karena Jeno nggak mungkin bales surat-surat lo."

Karina dan Yoshi menoleh ke arah Junkyu yang tengah berjalan ke arah mereka. Hari ini Junkyu berangkat sekolah dan akan pulang bersama Yoshi karena mobil Junkyu sedang di bengkel. Karena Yoshi katanya ada janji di taman dengan Karina sebelum mereka pulang, jadilah Junkyu menunggu di tempat yang tidak begitu jauh dari taman. Namun begitu Junkyu mendengar pembicaraan antara Yoshi dan Karina, ia menjadi tidak tahan untuk tidak menjelaskan kebenarannya karena merasa Yoshi sepertinya tidak bisa menjawab jujur. Biarlah sekali-kali Junkyu ikut campur.

Yoshi berdiri, ia menggelengkan kepala sambil memandang Junkyu dengan tatapan memohon.

"Jangan, Jun!"

"Tapi Karina berhak tau, Yosh!" ujar Junkyu tegas. "Nggak ada gunanya nutupin kebenaran karena pasti akan terkuak juga."

"Ya tapi..."

"Nggak pa-pa, Kak Junkyu kasih tau aja!" potong Karina.

Yoshi menatap Karina dengan sorot mata penuh keputusasaan. Sementara Karina tidak peduli, ia hanya ingin tahu kebenarannya.

"Jeno nggak pernah makan bekal buatan lo dan juga dia nggak pernah bales surat-surat lo. Saat pertama kali lo kasih bekal ke dia, dia berniat mau buang bekal lo tapi Yoshi nyegah. Yoshi yang selama ini selalu makan bekal dan bales surat lo karena ia merasa tersentuh dengan usaha dan ketulusan lo. Saat itu Yoshi belum tau kalau lo yang buat bekal itu, dan setelah tau, dia semakin senang karena orang yang buat bekal itu adalah orang yang dia sukai."

Karina mendengarkan dengan saksama ucapan Junkyu. Saat ini emosinya campur aduk, membuatnya bingung. Karina ingin berteriak marah dan memaki, namun ia menahannya. Emosi dan pikirannya sedang tidak jernih dan Karina tidak ingin meledak marah dan mengeluarkan kata-kata kasar yang bisa saja membuatnya menyesal di kemudian hari.

Tanpa mengucapkan apapun, Karina berlari pergi meninggalkan area taman.

Yoshi langsung mengejar, ia meraih tangan Karina saat mereka tengah berada di koridor.

"Maafin gua, Rin!"

Karina menunduk, lalu tangisnya pecah. Dia benar-benar merasa telah dipermainkan. Hatinya sangat sakit. Saat itu ia selalu merasa gembira setiap kali bekal yang ia buat dengan kerja keras dimakan oleh orang yang ia suka, karena ia mengira lambat laun Jeno akan melihatnya dan akhirnya akan membuka hati untuknya. Tapi itu semua hanya impian fana gadis bodoh seperti Karina. Karina telah dibohongi oleh seseorang yang ia pikir dapat ia percaya, baik Yoshi maupun Jeno.

Karina mengusap matanya kasar. "Aku tau niat Kak Yoshi baik. Tapi jika begini malah akan semakin buat hati aku sakit, Kak. Seharusnya Kak Yoshi biarin Kak Jeno buang bekal itu, memang aku bakal sedih, tapi setidaknya aku nggak akan sesedih ini karena segala ekspetasiku telah dipatahkan begitu saja. Kebohongan ini sangat menyakitkan, Kak."

Right ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang