32. Mengikhlaskan

465 63 4
                                    

Vote dulu sebelum membaca!

Terima kasih banyak.

*

*

*

*

****
Karina berjalan sambil bersenandung ria menuju taman sekolah. Jam sekolah telah berakhir sekitar 10 menit yang lalu.

Karina tidak pulang karena ia tengah menunggu Yoshi, laki-laki itu sedang ada urusan dengan tim basketnya. Yoshi bilang, mulai hari ini dia, Jeno, Junkyu, Jihoon dan Heechan akan pensiun dari tim basket karena mereka harus fokus belajar secara sebentar lagi mereka akan lulus. Mereka akan digantikan oleh anggota baru dari kelas 10 dan 11 yang sudah lolos seleksi.

Setibanya di taman sekolah, Karina dikejutkan dengan kehadiran Jeno yang tengah duduk di kursi yang letaknya di bawah pohon Tabebuya. Kursi yang sering Karina dan Yoshi duduki jika mereka menginginkan waktu berdua.

Karina merasa heran, bukankah seharusnya Jeno sekarang ada di lapangan basket secara dia adalah ketua tim basket. Lalu mengapa laki-laki itu malah ada disini?

Jeno menyadari kehadiran Karina. Laki-laki itu tersenyum tipis, namun matanya tampak sendu. Sepertinya laki-laki itu tengah sedih.

Karina tidak membalas senyum Jeno. Dia berbalik, hendak meninggalkan taman, namun Jeno berlari cepat menahan tangannya.

"Kenapa kamu selalu menghindar dari aku?" tanya Jeno parau.

Karina gelagapan, tidak tahu harus melakukan apa. Biasanya dia akan melontarkan kata-kata pedas kepada Jeno, namun untuk kali ini Karina tidak bisa melakukannya. Jeno tampakanya benar-benar sedang sedih dan Karina tidak ingin membuat Jeno menjadi lebih sedih.

"Dulu, cuma kamu yang paling perhatian sama aku. Cuma cinta dari kamu yang bagi aku paling tulus dan nyata. Mereka bilang mereka  cinta dan sayang sama aku, tapi mereka pembohong. Mamah aku yang katanya cinta sama aku tapi ternyata malah ninggalin aku. Papah aku yang katanya cinta sama aku tapi nyatanya lebih mencintai pekerjaannya. Cuma kamu yang mencintai aku dengan tulus, yang kasih aku perhatian. Kalau kamu ninggalin aku, lalu siapa yang akan mencintai aku?"

Kedua mata Karina membulat sempurna, dia mendengar Jeno terisak. Karina segera memandang Jeno, seperti yang diduga, Jeno tengah menangis.

"Apa kamu bener-bener gak bisa maafin aku dan kembali sama aku? Aku bener-bener butuh kamu, Rin!" lirih Jeno. Air mata mengalir deras membasahi pipinya.

Hati Karina terenyuh melihat Jeno yang menangis. Tanpa perlu waktu untuk berpikir, kedua tangan Karina bergerak mengusap air mata Jeno.

Jeno menatap Karina lekat dengan matanya yang semakin berkaca-kaca dan merah. Kedua mata laki-laki itu terpejam, menikmati sentuhan lembut ibu jari Karina yang tengah mengusap pipinya.

Jeno membuka kedua matanya, dia telah berhenti menangis namun matanya terlihat sendu. Tiba-tiba wajah Jeno bergerak cepat mendekati wajah Karina. Belum sempat Karina bergerak menjauh, Jeno sudah terlebih dahulu mencium bibir Karina.

Kedua mata Karina membulat sempurna. Tubuhnya mematung karena dia sangat terkejut. Dia dapat merasakan nafas hangat Jeno menerpa wajahnya.

Ciuman mereka hanyalah bibir bertemu bibir. Namun tetap saja hal itu membuat jantung Karina berdetak cepat sampai rasanya ingin meledak. Karina tahu betul, ini adalah ciuman pertamanya.

Karina awalnya diam, tidak menolak atau menerima ciuman itu karena dia sangat terkejut dan tidak bisa berpikir jernih. Namun, sosok Yoshi tiba-tiba muncul dalam ingatan Karina. Wajah kecewa Yoshi terbayang jelas dalam pikirannya.

Right ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang