Lima belas [insiden II]

4.4K 366 5
                                    

Happy reading 🤍

"Akhhh! Aku bakal jatoh ke kolam!"

"Dasar bajingan dingin, anaknya udah mau jatoh dia cuman diam aja?! Mana
tampan banget lagi! uwahhk!"

"Kampret!"
_______

Batin Alinsya, masih sempat sempatnya menghujat si Edward.

Gadis kecil itu benar-benar akan terjatuh. Namun, belum sempat tubuhnya menyentuh air, sebuah tangan kekar sudah lebih dulu  menarik tubuhnya. Lebih tepatnya gaunnya sih yang di tarik, kasar!

Kejadian itu berlangsung sangat cepat. Akhirnya semua orang bisa bernapas lega, karna nona kecil mereka tidak jadi terjatuh ke dalam kolam.

Ketiga wanita yang berada di seberang sana langsung bergegas berlari menuju tempat Alinsya.

Tapi, Alin kayak ngerasa ada yang aneh, setelah berhasil selamat, kok tubuh Alin jadi—melayang begini?!

"Akhh!" Alinsya meronta-ronta dengan sangat brutal.

"Bisa diam tidak?" tanya orang yang sedang mengangkat tubuh mungil Alinsya, layaknya mengangkat seekor anak kucing.

"Nona!" suara Leon menyeletuk nyaring, seraya merampas tubuh mungil itu kemudian membawanya kedalam pelukannya.

Alisnya lantas tersentak kaget.

Apalagi saat melihat orang yang menggantungnya tadi, alias menyelamatkannya yang tak lain adalah ayah dinginnya, si Edward.

"Nona kecil, anda baik-baik saja kan?! Iyakan?!" tanya Leon histeris sampai hampir menangis.

Posisinya sedang berlutut menyamai tinggi si gadis kecil.

Alisnya lagi-lagi tersentak, karena pria itu memegang bahu mungilnya dengan sedikit keras.

"I-iya, Alin baik-baik aja kok, paman," jawabnya lalu tersenyum manis.

Leon akhirnya bisa bernapas lega. Alinsya yang melihat itu sontak sedikit terkekeh, paman Leon ini lucu juga ternyata.

Padahal Alin kan cuma mau jatoh ke kolam ikan, bukan kolam buaya.

Lagipula Alinsya itu sebenarnya bisa berenang, jadi kalaupun tadi ia sampai terjatuh ke air ia tidak akan meninggoy.

Tangan mungil Alinsya pun terulur mengusap punggung pria yang terlihat sangat syok itu.

"Paman Leon, Alin benelan gapapa."

Sementara itu, Edward terlihat tidak peduli, pria itu malah memilih duduk di kursi lipat yang di bawakan Leon tadi. Ia duduk menghadap ke arah kolam ikan, sambil memasang sarung tangan karet di tangannya.

"Lagian, Alin ini pintal belenang. Jadi
paman ngak pellu khawatil," lanjut Alin merasa bangga.

Edward yang tengah sibuk memasang sarung tangannya pun spontan mengulas senyum namun, entah jenis senyuman macam apa yang pria itu berikan.

Pria yang terduduk di tanah itu lantas menatap nona kecilnya, dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Masalahnya, nona. Kolam ini tuh,
isinya ikan piranha semua," ujar Leon bergidik ngeri.

Ucapannya itu bersamaan dengan Edward yang melemparkan beberapa potong daging segar kedalam kolam.

Kemudian, terlihatlah segerombolan ikan yang saling berebut makanan dengan sangat agresif. Alinsya yang tadinya belum ngeh, langsung terlihat syok ketika melihat pemandangan menakutkan itu.

DTC : From Nayla To Alinsya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang