Dua puluh tiga [penjarahan]

3.4K 344 13
                                    

Happy reading.

Saatnya ide dan rencana Alinsya dimulai.

"Paman singa," ucap anak itu tersenyum penuh arti.
_____

Leon ikut tersenyum memperlihatkan
deretan gigi rapinya, sembari membatin.

"Kenapa nona kecil natap aku kayak gitu, ya?"

"Disini, nona kecil?" Tanya Leon.

"Iya!" Jawab Alin penuh semangat.

Leon sedang berjinjit untuk mengambil sebuah benda yang diminta sang nona kecil. Benda itu berada di atas lemari buku yang ada di ruang bermain Alinsya.

"Dapat!" Seru Leon saat ia berhasil meraih benda tersebut.

"Ini, nona kecil?" Tanya Leon sembari menunjukkan sebuah kunci berwarna emas pada bocah itu.

Alinsya mengangguk, mata anak itu sudah berbinar-binar.

"Iya, paman singa. Sekalang paman singa ikutin Alin, tapi jangan belsuala, yah," ajak anak itu lalu meraih tangan Leon agar mengikutinya.

Leon hanya diam mengikuti langkah Alinsya, tentu dengan perasaan berbunga-bunga.

Keduanya sudah berhasil turun kelantai satu rumah belakang, mereka terus bergandengan tangan sambil mengendap-endap menuju sebuah ruangan dengan pintu besar itu.

"Paman singa, awas ada kakak pelayan," Alinsya berujar pelan memperingati Leon saat melihat ada dua wanita yang hendak berjalan ke arah mereka.

Leon yang melihat itu dengan sigap menggendong sang nona kecil lalu berlari ke belakang tembok, berniat bersembunyi.

Udah kayak maling aja nih human berdua.

"Paman meleka udah lewat belom?" Tanya Alin berbisik.

"Belum, nona. Mereka masih ngegosip," jawab Leon ikut berbisik sambil memperhatikan dua wanita itu.

"Aku baper banget pas adegan mas Al mau nyium mbak Andin, eh tapi nggak jadi soalnya mbak Andinnya keburu melek."

"Sama aku juga, gemes banget sama pasutri fiktif itu! Mungkin itu yang bakal terjadi kalau aku nikah sama, eumm, tuan Edward," wanita itu berujar lalu diakhiri dengan senyum malu-malu.

Membuat temannya, Leon dan Alin kompak membelalakkan mata.

Khususnya Alinsya, ia langsung merasakan adanya ancaman, soalnya wanita yang berujar itu cantiknya bukan maen! Kalau ayahnya beneran kepincut terus nikahin dia, kan bisa berabe ceritanya.

"Heh! Jangan main-main! Kita disini niatnya kerja nyari duit, bukan malah ngehalu-in tuan muda, apalagi sampe mimpi dinikahin!" Sarkas wanita itu membuat wanita tadi terdiam lalu kembali sadar dari halunya.

Alinsya langsung merasa lega plus terkesan akan ucapan wanita itu, walau ia tidak melihat jelas wajah wanita yang mengucapkan kata-kata wah itu, tapi Alin tetap akan mengacungkan dua jempol padanya, kalau perlu empat jempol sekalian.

"Mantap! Alin suka gaya kakak!" Batinnya.

Kedua wanita tadi akhirnya sudah berlalu, Leon pun langsung berjalan keluar dari balik tembok sambil menggendong Alinsya.

"Huuuh, kita selamat paman singa," ucap Alin tersenyum lega, Leon pun ikut tersenyum.

Kembali ke rencana utama, "Paman singa, go!" Serunya sambil menunjuk arah tujuannya.

"Go!" Leon ikut berseru antusias lalu melangkah mengikuti instruksi sang nona kecil.
_____

"Paman Singa, ayo cepetan ambil yang banyak, sebelum kak Hanna datang," ucap Alin sambil sibuk menjarah isi supermarket pribadinya.

DTC : From Nayla To Alinsya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang