part 64 [ Pulang ]

4.1K 334 34
                                    

Happy reading 🍓🐙

Uhuk! Uhuk!

Alinsya cepat-cepat meraih gelas air putih lalu langsung meminumnya.

Huh, lega.

Beberapa saat kemudian, Alinsya sengaja berdeham untuk memecahkan keheningan, tapi dia malah dibuat sadar bahwa disana ternyata hanya ada— mereka berdua?! Eh, buset, kemana para pengunjung yang lain?! Ahh, Alin lupa, kan semua tempat di restoran ini sudah di booking Edward, alias ditutup untuk umum! Kan maen maennya horang kaya satu ini.

"Ayah, Al—"

"Aku ingin kau ikut kembali denganku ke richards family, Alinsya," pinta Edward, kini dengan suara tegas. Malah kayak perintah.

Alinsya agak tersentak, matanya sedikit melotot. Walaupun dia dan Ayahnya sudah tak ada masalah apapun, cie. Tapi sumpah, Alinsya belum pernah sekalipun terpikir untuk kembali pulang ke kediaman Richards family. Apalagi ia sudah sangat nyaman di dalam keluarga Oma Diana, dan tentu dia akan susah jika disuruh meninggalkan seluruh keluarga Adisty, ia tak mau membuat Oma dan yang lainnya menjadi sedih ataupun kecewa.

Tatapan Edward sedetik pun tidak berpindah dari kedua netra Alinsya, mengharuskan anak itu buru-buru mengalihkan pandangannya, kalau tidak, dia bisa terhipnotis!

Namun, saat sorotannya melihat kearah dinding full kaca, pemandangan yang tadinya sangat indah seketika terlihat horor. Pikirannya mulai kemana-mana, Bayangkan saja, disana hanya ada mereka berdua dan mungkin beberapa pelayan yang saat ini tidak tahu pergi ke mana, otomatis jika sesuatu yang buruk terjadi padanya tidak akan ada manusia yang tahu. Maksudnya, jika ia segera menolak permintaan Ayahnya dan jika Ayahnya itu merasa kesal maka bisa saja dia— di tendang dari atas namsan tower dan mati di bawa pepohonan bunga sakura yang berada di bawa sana!

Astaga, bagaimana ini?!

Mana mungkin aku meninggalkan Oma dan Bibi-Bibiku?!

Pandangan Edward berpindah pada kedua tangan mungil Alinsya yang berada diatas meja, tangan itu saling bertautan dan terlihat cukup gemetaran. Edward sadar bahwa ini bukanlah keputusan yang mudah untuk diambil putrinya.

Namun, mana mungkin seorang Edward Richards mau menyerah atas putrinya satu-satunya?

"Kapan kau akan menjawab pertanyaan ku? Aku sedang menunggu."

Deg!

Perlahan Alinsya meluruskan kepalanya kearah sang Ayah berada. Wajahnya yang begitu datar dan sorot matanya yang lumayan tajam langsung menyambut kegugupan Alinsya, membuat gadis kecil itu harus menelan ludah dengan susah payah sambil berusaha keras mengatur detak jantungnya.

Baiklah, sudah saatnya untuk Alinsya mengutarakan jawabannya!

"Maaf, Ayah. Tapi Al—," kalimat anak itu terhenti begitu saja ketika terdengar suara orang yang memanggil namanya dengan sangat keras. Hatinya sampai bergetar mendengarnya, bukannya itu suara?

Alinsya menoleh cepat dan menemukan dua orang berlari ke arahnya. Ia sampai berdiri diatas kursi saking terkejutnya.

"Kak Hanna? Paman Singa?!"

"ALINSYA!"

"NONA KECIL!"

HUG!

Pria dan wanita itu memeluk Alinsya secara bersamaan, Edward hanya bisa diam melihat pemandangan layaknya sebuah keluarga harmonis itu.

"Alinsya, kak Hanna kangen banget sama Alin," ucap Hanna pada gadis mungil itu. "Alinsya juga kangen banget sama Kak Hanna," balas Alinsya.

"Paman Singa juga kangen banget di panggil paman Singa sama Nona kecil," Leon berkata sambil terisak, malah membuat Alinsya ingin tertawa sementara Hanna ingin sekali menonjok wajah Leon yang begitu dekat dengan wajahnya.

DTC : From Nayla To Alinsya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang