DTC : From Nayla To Alinsya [END]

Part 44 [ Celine Reane ]

• _ •

"Kau," kata Edward, ia ingat siapa pemilik wajah menawan ini.

"Celine Reane?" Ucap Edward, wanita itu sontak tersenyum senang, karena Edward ternyata masih mengingatnya.

Celine Reane, wanita cantik yang ternyata adalah oknum yang pernah—mengisi hati Edward beberapa tahun silam! Dia merupakan mantan kekasih sekaligus mantan tunangannya!

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Edward, dingin. Seraya bergerak menjauhkan dirinya dari wanita itu.

"Daripada bertanya seperti itu, bukankah lebih baik kau menanyakan kabarku lebih dulu, Ed?" Wanita itu balik bertanya, sambil tersenyum lembut.

Tatapan Edward sontak menajam, lalu beralih pada pria di sebelah sana.

"Jadi ini tujuanmu memanggilku kesini?"

"Kau ingin mempertemukan aku dengan cucu kesayangan mu ini?"

"Ed," Celine berucap, tiba-tiba lirih.

"Aku tahu ini sangat mendadak, tapi, bukankah sudah waktunya kalian berdua untuk memperbaiki hubungan lam___"

"Jangan berbicara hal yang tidak masuk akal!"

Robert juga Celine terdiam. Pria itu sudah menduga bahwa reaksi seperti inilah yang akan di berikan Edward padanya, namun, ia tidak peduli, karena ia memiliki keinginan lama yang harus ia wujudkan!

Yaitu, keinginan untuk mengembalikan posisi cucu kesayangannya yang sempat di rebut mendiang Aena.

Celine buru-buru menatap kakeknya, seolah meminta solusi untuk menenangkan Edward.

Robert pun kembali bersuara, "Duduklah dulu," titahnya dengan lembut.

Celine mengangguk, "Kita bicarakan semuanya dengan kepala din__"

"Tidak ada lagi yang perlu di bicarakan," sela Edward, sudah pasti dengan nada super dinginnya.

Dan tampa pikir panjang langsung berjalan menuju pintu untuk keluar,  tidak ingin berada disana lebih lama lagi, karena mungkin saja ia akan— kehilangan kendali?

Pintu ruang VIP itu tiba-tiba terbuka dengan sedikit kasar, sontak menarik perhatian semua orang yang berada disana sekaligus mengejutkan mereka.

"Tuan Edward?"

Mereka semua awalnya biasa saja saat melihat Edward yang mendadak berjalan keluar dari ruangan itu dengan tampang dinginnya, namun, setelah melihat orang yang ikut keluar mengikutinya, barulah mereka semua melotot histeris.

"Itu, Nona Celine?!"

Dengan penuh kesusahan Celine  mengejar langkah Edward, sambil terus memanggil-manggil nama-nya.

"Ed, tunggu!"

Namun, hal itu terus saja di abaikan Edward, ia sama sekali tidak peduli pada wanita itu walaupun semua pasang mata sudah berpusat pada mereka berdua.

"Ed!"

"Edward!"

Tidak disangka, dari arah lain ada seorang pria yang terlihat tengah mendorong sebuah meja dorong yang di atasnya terdapat patung es berukuran cukup besar, dan sepertinya hendak menabrak Celine!