Happy reading 🤍
"Anjrot! Kenapa nggak ada reaksi?!" batin Alinsya semakin panik.
_____Gadis kecil itu jadi penasaran sendiri,
kira-kira, si Edward lagi masang ekspresi apa, ya? Datar—atau apa? Daripada penasaran, Alinsya pun
memberanikan diri melirik ke arah seberang sana.Dan—"Eh?! Si Edward keman__" Alin terkejut bukan maen, ternyata si Edward sudah lenyap dari kursinya.
Namun, saat matanya melirik ke sebelah kirinya.
Dorr!
"Huwaaa!" Alinsya spontan berteriak nyaring, tapi dengan cepat ia menyumpal bibirnya sendiri.
Apa-apaan ini?! Kenapa si Edward sudah berdiri di sampingnya?! Sejak kapan dia disitu?!
Beberapa menit yang lalu, Edward tiba-tiba beranjak dari duduknya,
sembari meraih sebuah piring berisi buah stroberi, kemudian berjalan ke arah Alinsya, tak lupa memasang wajah datarnya.Leon menelan salivanya, ia merasa sedikit cemas saat melihat Edward yang tiba-tiba beranjak dari duduknya, namun, detik berikutnya,
Leon langsung mengulas senyum, setelah tahu apa tujuan sang bos.Edward berhenti tepat di sebelah kiri kursi yang diduduki Alinsya.
"A-ayah?" Kata Alinsya gugup, Edward terus menunduk menatapnya.
Kemudian berkata, "Makanlah." Seraya meletakkan piring yang ia bawa itu ke atas meja.
Setelahnya, Edward langsung berjalan kembali kekursinya, lalu kembali duduk disana.
Alinsya terperangah, apa itu barusan?
Apa Edward telah mencair? Maksudnya bongkahan es itu, apa sudah mencair sekarang? Mengapa? Wae? Kenapa dia tiba-tiba bersikap sweet begini?!"Argh! Baper lagi, baper lagi!" Batin
Alinsya, padahal kemarin udah mau benci, eh, sekarang malah di baperin lagi! "Kesel banget!"Leon mati-matian menahan senyum, seperti dugaannya, si Edward itu sebenarnya sayang dan peduli pada Nona kecilnya. Tapi lagaknya aja yang kayak gak peduli!
Alinsya menatap buah stroberi yang di berikan Edward tadi, kemudian ia beralih menatap sang ayah dengan tatapan penuh haru.
"Gomawo, Appa!" ungkapnya, eh kok malah pake bahasa Korea?
Leon mengkaget, nona kecilnya tahu bahasa Korea?
Edward seperti biasa, tak merespon.
Dan lebih memilih untuk mulai melahap makanannya.Alinsya tersenyum senang, Edward begini saja Alinsya udah bahagia setengah hidup, gimana kalau sikap Edward sudah berubah hangat sepenuhnya?
Stoopp! Alin baperu, bye!
*****
"Tuan, bagaimana rasanya sarapan bersama nona kecil? Apakah,
menyenangkan?" Tanya Leon, kepo.Ia bertanya pada Edward yang tengah sibuk menandatangani berbagai proposal, keduanya sudah berada di ruang kerja milik Edward.
Leon masih setia menunggu jawaban dari sang bos. Ia berdiri disebelah kanan meja kerja milik bongkahan es kutub Selatan itu.
Setelah beberapa saat, akhirnya semua pekerjaan Edward pun beres, sambil merapikan map-map dokumen itu, Edward pun berujar, "Biasa saja," jawabnya datar, tampa menoleh sedikitpun pada Leon.
Mendengar jawaban itu, Leon lantas tersenyum penuh arti sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Wah, pasti sangat menyenangkan," ungkap Leon yakin.
KAMU SEDANG MEMBACA
DTC : From Nayla To Alinsya [END]
General Fiction⚠️WARNING⚠️ [ This is reinkarnasi story! ] Tentang perjalanan hidup seorang Nayla yang pada akhirnya terlahir kembali dalam tubuh seorang bayi mungil bernama Alinsya, hanya karena memakan sebuah roti 'PERUBAH TAKDIR' Lantas bagaimanakah kehidupan ba...