Part 56 [ Ibu ]

2.5K 251 34
                                    

Happy reading^^🍓

Hanna dan yang lainnya akhirnya memilih pergi meninggalkan gadis kecil yang sejak tadi duduk di tangga depan kediamannya sambil memeluk lutut dengan sebelah tangan memegang sebuh ranting pohon, mereka juga mengerti bahwa Alinsya pasti ingin sendiri dulu saat ini. 

Alinsya mencoret-coret tanah dengan ranting pohon sambil berbicara didalam hati.

"Ayah itu sebenarnya kenapa 'sih? Padahal 'kan Ayah sendiri yang mengungkapkan kebenaran kalau aku ini anak kandungnya, terus kenapa juga coba dia bersikap kayak gini? Sok sok an menjauh, nggak mau ketemu, dinginnya juga kayak makin nambah-nambah terus, bikin kesal! Padahal sekarang ini harusnya aku lagi manja-manja sama Ayah, secara aku ini anak kandungnya! Anak kandungnya loh, putrinya yang sangat berharga karena satu-satunya di seluruh dunia! Dasar."

Anak itu misuh-misuh, ia sangat kesal, tapi tidak tau cara mengekspresikannya, ia merasa tidak memiliki seorang pun yang bisa di ajak berbicara untuk mengeluarkan unek-uneknya, mau bicara sama Kak Hanna juga rasanya kurang nyaman.

Alinsya menghela napas berat, ekspresinya tiba-tiba berubah sedih, "Enak banget ya olang-olang yang masih punya ibu, bisa ngomblol, bisa minta peluk, bisa manja-manjaan, disayang sama ibu, Alin kan jadi ili," lirihnya.

"Hemm, andai aja, Tante Aena itu masih hid–,"

Seketika bibir mungil yang asik mengoceh itu terdiam, tangannya yang tadinya terus mencoret-coret tanah juga berhenti bergerak, sepasang sepatu cantik tiba-tiba muncul tepat di depannya, Alinsya lantas mendongak penasaran, kalau di lihat dari sepatu sih, pasti dia seorang wanita dewasa.

Deg!

Pupil mata itu sontak membesar ketika melihat wajah wanita yang tengah memandangnya, ia terdiam tidak bisa berkata-kata, orang di hadapannya ini terlihat sangat tidak asing, dia ....,

"Alinsya Richards?" wanita itu memanggilnya dengan suara yang begitu lembut lalu tersenyum manis.

"I-ibu?!"

****

Edward berdiri bersamaan dengan masuknya Leon dan seorang wanita—paruh baya dibelakangnya.

"Tuan, Nyonya Diana Adisty telah datang," ucap Leon dengan sopan dan santun.

Wanita tersebut lantas tersenyum,
"Lama tidak bertemu, ya, menantu," ujarnya sambil menatap lekat wajah datar Edward, pria itu tak menyahuti dan hanya mempersilahkan sang— mertua? Duduk di kursi menghadap dengannya.

Leon bergegas pergi, keluar dari ruangan untuk mengambil minuman di dapur, sebab para pelayan telah di pindah tugaskan untuk sementara dari rumah utama.

Keduanya telah duduk saling berhadapan. Suasananya agak canggung, Edward yang sedang tak mood pun tidak berniat mengeluarkan suaranya.

"Dimana dia?" tanya Diana setelah beberapa saat diam, Edward lantas membalas tatapannya dengan begitu tenang.

"Cucuku, dimana cucuku? Aku ingin bertemu dengannya sekarang juga, Edward," Diana melanjutkan.

Sementara itu diluar, Leon tengah berjalan dengan hati-hati sambil membawa sebuah nampan kayu berisi dua gelas teh bersama beberapa camilan, ia melewati lorong menuju ruang tamu, saat melewati belokan Leon langsung dikejutkan oleh kemunculan anak kecil yang berlari dari arah yang berlawanan dengannya.

DTC : From Nayla To Alinsya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang