Empat belas [Insiden]

4.3K 367 2
                                    

Happy reading 🤍

"Nona kecil nggak salah. Yang salah itu mereka, bisa-bisanya mereka menaruh boneka chucky dan Annabelle di ruang bermain nona,"
ungkap Lian kembali geram.
______

Semua orang kompak dibuat terkejut
mendengar penuturan Lian barusan.
Pantas saja Lian sangat marah pada
empat wanita tadi. Mereka juga sih,
kek nggak mikir aja. Udah tahu tuh
ruangan buat main anak kecil, eh
malah di taruh-in boneka chucky ama
boneka Annabelle, hadehh.

******

Satu bulan kemudian.

Sudah satu bulan ini Alinsya hidup bak seorang putri raja. Ia benar-benar dimanjakan dengan segala kemewahan yang sudah disiapkan khusus untuk dirinya.

Hari-hari Alinsya selalu berjalan dengan mulus dan bahagia, apapun yang ia inginkan pasti akan ia dapatkan.

Kecuali satu sih, perkara janji lamanya bersama Hanna yang hanya boleh makan satu batang coklat setiap hari.

Padahal Alin udah seneng banget karna ia tidak perlu lagi pusing pusing mikirin stok coklat, eh taunya si Hanna masih ingat aja sama janji mereka.

"Huwaaa kecewa berat, tolong!"

Dan sudah sebulan juga, Alinsya tidak pernah lagi bertemu dan melihat batang hidung si Edward.

Alinsya jadi menebak-nebak, apa si
Edward emang nggak peduli sama dia, ya? Atau si Edward itu udah lupa kalau dia udah ngadopsi anak?

Parah banget sih, kalau si Edward sampai ngelupain anak se-gemoy Alin.

Tapi ada bagusnya juga si Edward lupa sama Alin, jadi kan Alin nggak perlu capek-capek ngeluarin jurus mematikannya, untuk membuat si Edward menyukainya.

Alin hanya perlu hidup seperti ini setidaknya sampai Ia lulus s2, karna selama ia masih berstatus sebagai anak dari Edward Richards, maka ia bisa bersekolah setinggi-tingginya tampa perlu mengkhawatirkan masalah biaya.

Bodoh amat lah sama yang namanya kasih sayang seorang ayah, lagian juga, si Edward itu kaya benci sama Alinsya. Jadi yaudah gini aja, hidup bahagia ditempat masing-masing.

"Paman Ed, maaf, kita berdua tidak bisa bersama. Kau itu terlalu dingin untuk aku yang mudah pilek, huhu."

Si Alin mah ikhlas lahir batin dah kalau harus hidup di kelilingi tembok kemewahan ini. Biarkan saja dia menjadi anak yang dilupakan, yang penting kan tetap hidup enak.

 Biarkan saja dia menjadi anak yang dilupakan, yang penting kan tetap hidup enak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namun, hari ini Alin terlihat sedikit berbeda. Entah kenapa, sejak tadi pagi wajahnya terus terlihat murung.

Gadis kecil itu kini sedang duduk di karpet yang ada di ruang bermainnya, dengan di temani Mega, Rani dan Yayi.

DTC : From Nayla To Alinsya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang