Part 62 [ Cup! ]

2.5K 239 20
                                    

Yeyy, akhirnya bisa update juga🤣

Jangan lupa vote and komen, ya!🐙
.
.
.
.
.
.
.


.
.
.

"Sedang apa kau?"

Bruk!

Alinsya seketika terduduk dengan mata melotot, melihat Edward yang ternyata sudah duduk di atas kursi sambil menatap datar dirinya!

"Astaga! Kapan Ayah bangun?! Habislah aku!"

Tatapan datar itu perlahan berpindah pada benda diatas meja. Ia lantas mengambilnya membuat Alinsya ketar-ketir, Alin langsung merutuki dirinya sendiri, harusnya dia segera kabur setelah meletakkan piring itu!

"Oh, ternyata diam-diam, kau masih perhatian pada ku, ya?" ucap Edward, secara tiba-tiba.

"A-apa? Si-siapa?" Alinsya gelagapan.

"Ini, kau 'kan yang membawakan ini?" Edward menunjukkan piring putih berisi seporsi makanan. Dengan cepat Alinsya bangkit dan mengelak, "Bukan! Bukan Alin yang bawa!" anak itu bersedekap dada, bersikap sok angkuh.

Edward malah tersenyum tipis, "Tidak mau mengaku, ya?"

"Hemp! Telselah Ayah mau bilang apa! Alin mau pulang aj–!"

Krek!

Mata Alinsya kembali terbelalak ketika baru ingin berbalik tapi topi hoodie-nya malah keduluan ditarik dari belakang, beruntung dia tidak kejengkang. Anak itu langsung memberontak, menarik-narik topinya dengan brutal namun, Edward malah stay memeganginya dengan santai.

"Ayah ini mau apa sih?! Nalik-nalik Alin?!"
anak itu semakin gencar melakukan perlawanan, tapi sama sekali tidak berpengaruh.

"Diam disini sampai aku selesai makan. Temani, aku," pinta Edward dengan datar tapi diakhiri dengan dua kata bernada tegas. Alinsya seketika terdiam, ia refleks melirik kebelakang, sontak hati kecilnya bergetar— takut! Melihat tatapan dingin sang Ayahanda yang seperti psikopet.

Alin buru-buru memalingkan wajah dengan ekspresi takut sambil membuang napas berkali-kali, kemudian menoleh lagi dengan raut wajah yang telah di judes-judes 'kan.

"Yaudah kalau Ayah maksa."

5 menit kemudian. Edward fokus melahap makan siangnya dengan tenang, sementara Alinsya fokus memperhatikan dirinya yang tampan itu. Cihhhh!

Alinsya membatin, "Kok aku baru sadar, ya? Kalau Ayah sekarang jadi lebih kurus, hemmm, pasti selama ini Ayah tersiksa banget tampa aku, jadi kasian."

"Ngomong-ngomong," Edward mendadak berbicara membuat Alinsya terkejut dan buru-buru buang muka.

Pandangan Edward tertuju padanya, "Alinsya ... makanan ini apa namanya?"

Alinsya langsung menatapnya dengan kesal, dia pikir Ayahnya itu mau mengatakan sesuatu yang spesial seperti 'terima kasih, sayang' taunya cuma nanyain nama makanan?!

"Kale," jawab Alinsya, singkat. "Apa?"

"Nasi kale, Ayah." Edward mengeryit, "Nasi kale? Aku baru tahu ada makanan bernama nasi kale."

DTC : From Nayla To Alinsya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang