Part 63 [Tempat peristirahatan terakhir]

2.7K 237 23
                                    

Happy leading! Happy leading!🍓
.
.
.
.
.
.
.
.

Gadis mungil yang masih di gandeng Ayahnya itu menatap ke arah depan  sambil bergidik takut. "Apa-apaan ini?! Kenapa Ayah malah bawa aku ke labirin ini lagi?! Apa maksudnya?!"

"Kau siap?" tanya Edward. Heei, kenapa dia bertanya seolah-olah mereka akan memasuki arena uji nyali?!

Karena tak mendapat jawaban, akhirnya Edward langsung saja melangkah sambil menarik tangan Alinsya, sudah jelas tampa persetujuan anak itu!

"To ... long." Hanya kata itu yang sempat terucap sebelum akhirnya mereka menghilang dari pandangan.

"Kenapa kau penakut sekali?" tanya Edward ketika sadar bahwa sejak tadi Alinsya berjalan dengan mata terpejam. Anak itu mengintip dengan satu matanya.

"Ayah kenapa belani sekali?" ia balik bertanya dengan nada kesal. "Memangnya apa yang perlu ditakuti dari tanaman tinggi yang ditata indah seperti ini?"

Alinsya mendelik kesal.

Indah katanya?! Indah dari mananya coba?! Mengerikan gini!

"Ayah mana tau ketakutan anak kecil yang lucu kayak Alin?!"

"Hah?"

"Pap—!"

"Kita sudah sampai," sela Edward, cepat.

Keduanya berhenti di sebuah lorong buntu yang jelas sekali Alinsya tidak tahu letak persisnya! Eh, bentar, apa mungkin itu lorong buntu yang di masuki Alinsya waktu itu, ya? Saat dia melarikan diri dari kejaran hantu Papanya.

"Jadi maksud Ayah tempat yang belum pelnah Alin datangi itu ... lolong buntu ini?!"

Tak menanggapi, Edward malah tiba-tiba melepaskan tangan Alinsya membuat sang putri yang sedang terbakar kekesalan sontak dibuat mendelik heran.

"Ayah ngapain sih ngelaba-laba dindingnya kayak gitu?" tanya Alisnya, makin kesal.

"Harusnya ada disebelah sini," Edward berbicara tidak jelas.

"Hah?"

"Ini dia." Pria itu menekan sesuatu di salah satu sisi dinding labirin sehingga tanaman yang tadinya hanya terlihat seperti dinding biasa tiba-tiba bergerak secara otomatis dan menghasilkan bentuk menyerupai sebuah pintu.

Alinsya sontak ternganga— kagum, matanya membulat dan di penuhi binar-binar. "Uwahhhhh, tempat mengagumkan macam apa ini, Ayah?" ucapnya terpesona, mendadak jinak.

"Tidak usah banyak tanya, cepat masuk," titah Edward, kenapa suaranya jadi dingin, ya?

Buru-buru Alinsya berlari kearahnya yang sudah duluan berada didalam kemudian diikuti pintu tanaman yang menutup kembali.

Alinsya mengedarkan pandangannya ke segala arah, ia benar-benar dibuat berdecak kagum akan keindahan di dalam sana.

"Uwahhh, ada bunga mawal sama bunga tulip!" Alinsya berlari ke arah ratusan tanaman kesukaannya yang berjejer memenuhi sudut-sudut labirin. Mengendus semua bunganya dengan semangat dan senyum bahagia.

DTC : From Nayla To Alinsya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang