Dua puluh🗿 [Sedih]

3.8K 361 9
                                    

Happy reading 🤍

"Saya baru dapat kabar dari rumah utama, katanya, tuan Edward telah membatalkan acara sarapan pagi bersama nona kecil," jawab wanita itu .
_____

Deg!

Semua orang lantas dibuat terkejut mendengar penuturan wanita tersebut.

"Hah, apa alasannya?" tanya Hanna, berusaha meminta penjelasan.

Gila aja, mereka udah berdiri disana kurang lebih tiga puluh menit, loh.

Lalu dengan tiba-tiba dan nggak ada akhlaknya acara sarapan bersamanya malah dibatalin gitu aja?! Wah, minta dihajar massa emang si Edward!

"Maaf, nona Hanna, saya juga tidak tau pasti apa alasan tuan Edward membatalkan acara sarapan bersama nona kecil," jawab wanita itu lagi.

Alinsya spontan tertunduk kecewa. Padahal baru juga kemarin dapat sedikit harapan, eh hari ini dah di ghosting aja. Mana yang ngeghosting ayahnya sendiri lagi, hadehh.

Hanna menghela napas, sudah dia duga, pria bernama Edward itu memang tidak bisa di percaya!

Sebab, tadi malam Hanna sudah membaca surat undangan yang dikirim dari rumah utama.

Dalam surat itu, jelas-jelas Edward menuliskan bahwa Ia ingin lebih dekat dengan anaknya, Alinsya. Dengan cara selalu sarapan bersama.
Lalu ia juga menuliskan, bahwa ia akan berusaha merubah sikapnya,
agar menjadi ayah yang baik untuk putrinya itu.

Tapi kenyataannya apa?Sikap Edward masih saja sama, dingin dan terkesan tidak peduli pada Alinsya, seperti sebelumnya.

"Kak Hanna," panggil Alin pelan, sambil mendongakkan kepalanya.

Hanna sontak menunduk menatap gadis kecil itu.

"Gapapa kalo hali ini Alin sama ayah nggak salapan belsama, kan masih ada hali esok," ujar Alin berusaha tetap tersenyum ceria.

Semua orang sontak merasa iba pada gadis mungil itu, Alinsya memang tetap tersenyum ceria, namun, dapat terlihat jelas ada rasa kecewa yang tersirat dimata sang nona kecil.

*****

Empat hari sudah berlalu. Dan sudah empat hari itu juga, Alinsya sarapan di kediamannya, di rumah belakang.

Dan, otomatis sudah empat hari juga Alinsya tidak bertemu dengan Ayahnya, si Edward.

Rasanya tenang sekali sih saat Alin sarapan tampa Edward begini. Tenang, tapi, membosankan! Nggak ada tekanan!

Alinsya jadi rindu momen brutal dan penuh tekanan batin saat bersama ayahnya, si Edward.

Hanna dan para pelayan yang lain mulai merasa khawatir, pasalnya sudah empat hari ini bocah itu terlihat tidak punya nafsu makan.

Hari ini Alin minta di buatkan nasi goreng dengan telur mata sapi, sebagai menu sarapannya. Namun, sejak tadi ia hanya mengaduk-aduk makanannya itu, tampa berniat melahapnya.

Pikiran anak itu mulai berkelana.

"Kira-kira Edward lagi ngapain, ya?"
______

"Tuan, apa perlu saya jemput non__"

"Berisik."

Leon langsung terdiam, sambil menatap bosnya itu.

Edward sudah duduk di kursi ruang makan, namun, bukannya melahap makanannya, Edward malah menopang dagu sembari terus memejamkan kedua matanya.

Ternyata keadaan Edward tak jauh berbeda dengan Alin, sama-sama tak punya nafsu makan.

Malah, lebih parah kondisi si Edward sih, soalnya pria itu sampai tidak bisa tidur saat malam hari, akhirnya kek gini jadinya, ngantuk, padahal masih pagi.

DTC : From Nayla To Alinsya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang