Happy reading🌸
Matahari baru saja memunculkan dirinya, cahayanya yang terang perlahan menyusup masuk melalui celah-celah gorden jendela kamar kost, milik dua gadis yang saat ini masih saja terlelap didalam tidurnya.
Akan tetapi, tak berselang lama, salah seorang dari gadis itu mulai menggeliat bangun, perlahan ia merubah posisinya menjadi duduk. Mengucek-ucek matanya beberapa kali sebelum rasa terkejut menghampirinya. Buru-buru ia membangunkan sahabatnya yang masih mendengkur di bawah selimut, tepat di sampingnya.
"Mey! Bangun! Udah siang, bego! Ini kan hari pertama Lo masuk kuliah!" teriak gadis itu, seraya menggoncang-goncangkan tubuh sahabatnya dengan penuh kebrutalan.Ia lantas berdecak kesal, melihat sahabatnya yang tak kunjung menunjukkan tanda-tanda akan bangun, gadis itu lantas memutar otak, tiba-tiba sebuah ide brilian muncul di benaknya.
"Meyra! Crush lo dari tk udah nyebar undangan!" teriaknya tepat di telinga sang sahabat. Mendengar itu, gadis yang bernama Meyra tersebut lantas membuka matanya lebar-lebar.
"Nah, giliran dengar kata crush aja langsung bangun lo, dasar!"
Dengan perasaan terguncang, gadis itu segera merubah posisinya menjadi duduk, refleks menyentuh kedua pundak sahabatnya masih dengan wajah bantalnya.
"Maksud lo apa, Nayla?! Crush gue nyebar undangan?! Undangan apaan?! Jangan bilang undangan pernika—" pertanyaan heboh Meyra terhenti begitu saja, ketika Nayla sigap memotong, "Undangan pemilihan kepala desa yang baru!"
"Apa?!" Tak mengindahkan ekspresi keget plus bingung Meyra, Nayla langsung melepaskan tangan Meyra dari pundaknya seraya bangkit dari kasur.
"Nayla?"
"Cepetan mandi, entar lo telat ke kampus. Gue bakal nyiapin sarapan," kata Nayla
cepat, sembari bangkit dari duduknya, berjalan ke arah dapur kecil yang
hanya berjarak beberapa langkah dari tempat tidur mereka.Meyra terdiam sejenak, mengumpulkan kesadaran, berusaha mencerna situasi. Sontak ia tertawa sendiri, "Ohhh, hahaha, jadi lo cuman bercanda, ya? Hahaha, lagian mana mungkin crush gue dari tk mau nyebar undangan secepat in—" lagi-lagi, kalimat Meyra terhenti. Namun, kali ini karena sebuah benda mendadak mendarat di wajahnya.
Bug!
Meyra sudah akan marah, tapi Nayla malah lebih dulu menunjukkan taringnya, "Gue bilang cepetan mandi, bego! Terus, udah berapa kali gue bilang? Baju kotor tuh, taro ke keranjang baju kotor! Jangan malah seenaknya hempas sana, hempas sini! Mana segala pakean dalam berserakan! Jorok sih banget jadi manusia!" omel Nayla, sudah seperti emak-emak. Meyra sontak bergidik ngeri, ini mah, Ibu kos sama mami nya aja lewat!
Bibir Meyra mengerucut, "Maaf, gue lupa," ucapnya memasang tampang kasian.
Nayla yang sudah capek memiliki memalingkan wajahnya,"Udahlah, sana mandi," gadis itu mulai melunak, tapi melihat Meyra masih belum beranjak membuatnya kembali garang, "Buruan, MEYRA!!"
"Ihh, i-iya, iya." Meyra buru-buru meraih baju mandinya, sebelum ngacir ke luar ia menyempatkan diri meneriaki balik Nayla, "Dasar Nayla, galak! Nayla kak Ros!"
"APA?!"
"HAHAHAHAH!"
Fyi, kosan mereka ini tidak memiliki toilet maupun kamar mandi, jadi jika ingin melakukan dua hal tersebut, solusinya ya harus ke toilet umum, untung tempatnya tidak terlalu jauh, persis di samping kosan.
Nayla menggerutu kesal, sahabat cuman satu-satunya, tapi kerjanya hanya bikin kesal mulu tiap hari! Aduh, kalo kek gini terus, yang ada Nayla bakal keriput di usia delapan belas tahun!
KAMU SEDANG MEMBACA
DTC : From Nayla To Alinsya [END]
Fiction générale⚠️WARNING⚠️ [ This is reinkarnasi story! ] Tentang perjalanan hidup seorang Nayla yang pada akhirnya terlahir kembali dalam tubuh seorang bayi mungil bernama Alinsya, hanya karena memakan sebuah roti 'PERUBAH TAKDIR' Lantas bagaimanakah kehidupan ba...