Part 42 [ Jaga jarak ]

2.4K 257 25
                                    

Happy reading<3

Edward menoleh, dan menatap datar  anak kecil yang terlihat berjalan dengan tertatih-tatih itu.

"Kenapa jalan mu jadi semakin lambat Alinsya?" Tanya sang Ayah.

Mereka ini sedang berjalan di area sekitar halaman belakang rumah utama, karena sore-sore begini adalah waktunya Alinsya menemani Ayahnya bersantai menikmati teh hangat dan camilan di bawah pepohonan rindang taman yang tidak jauh dari kolam ikan piranha.

Anak itu spontan menggerutu dalam hati, lalu perlahan mendongak memandang wajah menawan Ayahnya.

"Kaki Alinsya sakit Ayah, kan tadi Alin abis latihan beladili," ucapnya dengan wajah memelas—lumayan lucu, sambil menyentuh kedua kakinya yang terasa sakit akibat 4 latihan beladiri yang beberapa saat lalu baru ia lakukan secara beruntun—untuk pertama kalinya.

Mendengar itu, Leon yang juga berada disana jadi mendapat ide.

"Bagaimana kalau Nona kecil saya gendong saja?" Tanya Leon, dengan wajah berbinar.

Pupil mata Alinsya langsung membesar, dan refleks mengangguk sambil mengangkat kedua tangannya ke arah Leon.

Leon bergerak namun, di detik itu juga Edward langsung melayangkan tatapan super tajam sembari merespon perkataan si Paman Singa.

"Apa yang coba kau lakukan?" Tanya pria itu, dingin.

"Menggendong Nona kecil, Tuan," jawabnya tampa beban, lalu kembali bergerak ke arah Alinsya.

Namun, Edward malah dengan sigap berdiri membelakangi Alinsya, apa ini? Leon dan Alinsya kompak mengeryit bingung, kenapa Edward seperti sedang berusaha menghalang-halangi Leon yang ingin menggendong Alinsya, ya?

"Maaf, Tuan, tapi bisakah anda minggir sedikit? Karena Saya hendak menggendong Nona kec__"

"Biar aku saja," sela Edward, cepat.

Ekspresi Leon dan Alinsya sama-sama menunjukkan keterkejutan.

"Maksud anda, Tuan?"

"Aku yang akan menggendong putriku, jadi kau tidak perlu repot-repot menawarkan diri begitu," jawabnya.

Deg!

"A-apa dia bilang?" Alinsya bersuara, jauh di lubuk hatinya.

Edward berbalik kearahnya, lalu tampa basa-basi langsung menjulurkan tangan kekarnya, mengangkat tubuh mungil itu hingga sejajar dengan wajahnya, auto menggantung di udara.

Alinsya spontan melotot—histeris! Sangat-sangat terkejut!

"A-ayah, Alin jalan sendili aja," pinta Alinsya berusaha tetap tenang, lalu  melirik ngeri ke bawah sana, anjoy! Ternyata jaraknya dengan tanah jauh banget! Mana dia fobia ketinggian lagi.

"Apa maksud mu? Bukannya tadi kau bilang kaki mu itu sakit, ya?"

"Ka-kaki Alin tiba-tiba udah nggak sakit lagi, hehe, ja-jadi Ayah tulunin Alin, oke?" Anak itu berdalih.

Wajah Edward mendatar, sontak membuat Alinsya merasa panik plus ketar-ketir.

"Kenapa?"

DTC : From Nayla To Alinsya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang