Happy reading ⚔️
"Berbarislah dengan rapi dan jaga sikap kalian, karena kita semua akan segera menyambut kedatangan pemimpin tertinggi The Richards group, Tuan Edward Richards dan putrinya, Alinsya Richards," pria paruh baya berjas hitam super rapi itu menjelaskan dengan begitu serius kepada para pegawainya.Mereka yang ada di sana lantas mengangguk, cepat-cepat merapikan barisan sesuai perintah sang atasan. Namun, di bagian terbelakang yang di dominasi para ciwi-ciwi malah terpantau sibuk dan heboh sendiri, ternyata mereka sama sekali tidak mengindahkan perintah dari pak bos, alis tidak kedengaran! Orang di situ gaduh banget.
Ciwi-ciwi itu terlihat tengah tergesa-gesa dengan berbagai— alat make up?! Ada yang sibuk membuat alis, ada yang terus menambahkan gincu di bibir— tingkat ketebalan 5 centi. Yang lain sibuk menata rambut, bulu mata dan bulu hidung— gak deng. Bahkan beberapa di antaranya sibuk memperketat seragamnya, sepertinya hal ini mereka lakukan untuk menarik perhatian Edward, kan lumayan itung-itung sebagai ajang tes keberuntungan, barangkali ada di antara mereka yang akan diangkat menjadi nyonya Richards nantinya, kiw! Kiw!
Suasana yang sejak tadi sudah super heboh, seketika berubah gempar oleh kemunculan sebuah mobil sedan mewah, sudah jelas tengah melaju menuju halaman depan pusat perbelanjaan yang sangat terkenal di seantero Jakarta ini, bahkan mungkin, se-Indonesia?
Pria berjas hitam tadi yang di ketahui adalah pemimpin tertinggi di tempat tersebut langsung menghampiri mobil yang baru saja berhenti tepat di hadapannya. Ia lantas membukakan pintu mobil tersebut seraya membungkukkan badan di ikuti para pegawainya.
Perlahan sepasang kaki tampan dengan sepatu hitam mengkilap keluar, menapaki paving blok yang di atasnya telah terhampar red karpet.
"Selamat datang, Tuan Edward Richards," sambutnya dengan ramah, "Kami sangat tersanjung atas kemurahan hati anda berkunjung ke mall kami ini, Tuan."
"Saya harap, dalam kesempatan yang sangat baik ini kita bisa membuat sebuah kesepakatan kecil, Tuan?" lanjutnya, terdengar penuh arti.
Pria berwajah datar itu menatapnya, "Aku datang ke sini bukan untuk urusan bisnis, melainkan untuk menemani putri ku jalan-jalan," ucap Edward, ia langsung tahu saat melihat gelagat penuh aroma bisnis yang di tunjukkan sang lawan bicara, pasti ada maunya nih orang.
Pria tersebut seketika malu sendiri, niatnya ingin membangun mall baru sepertinya harus tertunda, lagi. Edward menoleh ke belakang, mencari Alinsya yang ternyata malah sibuk ternganga di samping mobilnya. Leon hanya tertawa kecil melihatnya.
"Alinsya."
"Iya?" sahut anak itu, seketika tersadar— agak linglung.
"Apa yang kau lakukan? Cepat kemari," titah sang Ayah, dengan cepat anak itu berlari ke arah Edward dan langsung menggandengnya, padahal Edward tidak ada niat seperti itu loh, tapi susah juga untuk menolaknya.
Akhirnya keduanya langsung berjalan melewati barisan para pegawai, di ikuti Leon tentunya. Orang-orang hanya bisa melihat dengan ekspresi terkejut, sedangkan para ciwi-ciwi kompak dirundung rasa kecewa, karena ternyata usaha mereka untuk menarik perhatian langsung gagal total, ya mau bagaimana lagi orang di lirik saja tidak.
Benar-benar target tampan yang sulit ditaklukkan! Tapi mereka tidak menyerah, apalagi saat melihat sikap Edward pada Alinsya yang lumayan lembut itu, membuat mereka meleleh dan malah semakin semangat untuk mengguna-gunanya!
Sama anak aja lembut apalagi nanti sama istri, yekan?
Alinsya sejak tadi terus terpana, gara-gara melihat bangunan mall yang begitu megah, begitu mewah juga begitu indah dipandang mata.Tidak salah lagi, pasti pengaruh Ayahnya ini sangat tidak kaleng-kaleng, liat saja tadi itu, sampai ada acara penyambutan dengan karpet merah segala?! Dah kayak artis saja. Dan— apa itu? Alinsya sontak terkejut ketika baru saja melewati pintu depan mall, sepertinya ada yang sangat aneh dengan bangunan megah yang luar biasa luas ini. Alinsya refleks melihat ke sebelah kiri, lalu sebelah kanan, memperhatikan lorong-lorongnya, kemudian melihat ke lantai-lantai atas, ke toko-toko, ke eskalator bahkan lift, kok semuanya— sepi?! Seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan! Benar-benar tidak ada manusia disana! Selain mereka dan yang ada diluar tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DTC : From Nayla To Alinsya [END]
Ficción General⚠️WARNING⚠️ [ This is reinkarnasi story! ] Tentang perjalanan hidup seorang Nayla yang pada akhirnya terlahir kembali dalam tubuh seorang bayi mungil bernama Alinsya, hanya karena memakan sebuah roti 'PERUBAH TAKDIR' Lantas bagaimanakah kehidupan ba...