Dua puluh tujuh [End?!]

3.9K 320 6
                                    

Happy reading 🤍

"Ultah aku tinggal menghitung hari dong?! HUWAAA SENANGNYA!"
_____

"Hemmm, pokoknya di ultahku yang ke lima tahun ini, harus menjadi momen yang paling di kenang seluruh penghuni Richards family! Harus!"

"Terutama, ayah! A-aku bener-bener nggak nyangka, akhirnya, aku bisa ngerayain hari spesial ku bersama ayah!"

"Ya Allah, tolong cepat kan waktu! Karna Alin pengen ayah cepet pulang supaya Alin bisa ngerayain ultah bareng ayah! Pliss Ya Allah, pliss!"

Alinsya malah terus membatin, melupakan tiga wanita yang sejak tadi diam menunggu jawaban dari rasa kepo mereka.

****

"Kak Melda," panggil Alinsya, seperti sedang berbisik pada wanita yang berdiri dihadapannya.

Melda lantas menoleh dan menunduk padanya.

"Ada apa, nona kecil?" Tanya Melda, ikut berbisik.

"Alin pengen beli kaltu undangan, kak," jawabnya, seraya menunjuk rak berisi berbagai jenis barang-barang kebutuhan pesta ulang tahun.

Btw, saat ini mereka sedang berada di salah satu supermarket, diluar kediaman keluarga Richards.

Harusnya hanya Lian dan Melda yang pergi, untuk membeli beberapa barang kebutuhan rumah belakang, tapi malah bertambah satu, karena Alinsya terus memohon agar dirinya juga ikut bersama mereka ke tempat tersebut.

Tujuannya? Ya karna pengen beli kartu undangan lah, buat hari ultahnya nanti.

Melda lantas menemani Alin menuju rak tersebut, secara diam-diam, agar tidak ketahuan oleh Lian yang sedang sibuk memilih sayuran dan buah buahan disana.

Sebenarnya ini adalah rencana Alinsya, ia ingin menjadikan undangan ultahnya sebagai kejutan untuk seluruh warga kediaman Richards family. Termasuk Lian,  hanya satu orang yang mengetahui rencana anak itu yaitu, Melda.

Kalau nih rencana berhasil, baru deh Alin minta dibuatin pesta meriah!

Mereka berdua pun berhasil mendapatkan banyak kartu undangan, lalu dengan diam-diam, meletakkan kartu itu ke dalam troli belanja.

Beberapa menit kemudian.

ketiganya pun akhirnya berjalan beriringan menuju mobil putih yang telah terparkir di depan supermarket, sedangkan barang-barang belanjaan mereka sudah diurus dua pria yang bertugas sebagai supir mereka.

Beruntung Lian tidak melihat ada kartu undangan saat ditempat kasir tadi, sebab saat itu, Alinsya terus mengajaknya berbicara, mengalihkan fokus Lian, alhasil rencana mereka pun berjalan dengan lancar!

*****

"Tuan Edward nya sedang dalam perjalanan bisnis, tuan Baron," ujar pria penjaga gerbang kediaman Richards family, pada pria yang duduk didalam mobil mewahnya.

"Ah, begitu rupanya," ujar Baron, mendadak merasa lega.

Lalu beralih menatap sang anak, yang duduk di sebelah kanannya.

"Yesha denger kan, apa yang paman penjaga bilang? Paman Ed lagi pergi, jadi kita pulang aja, ya?"

Ayesha terlihat kecewa berat, karena lagi-lagi ia batal bertemu dengan pamannya itu, lalu dengan berat hati menganggukkan kepala.

"Good girl," ucapnya sambil mengelus lembut rambut sang anak.

"Yaudah pak, kalau gitu kami permisi dul__" kalimat Baron seketika terpotong, ketika melihat sebuah mobil mewah berwarna putih berhenti tepat disebelah kiri mobilnya, hendak masuk ke gerbang.

DTC : From Nayla To Alinsya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang