Enam [Alin anak yang imut dan menggemaskan]

7.6K 531 2
                                    

Happy reading.

Di dapur panti asuhan.

Dua gadis kecil tengah berjalan mengendap-endap menuju lemari
yang mereka yakini menyimpan harta
karun, yaitu coklat.

Alin memberi isyarat pada Laura agar
tidak bersuara, dan dibalas anggukan oleh Laura tanda Ia mengerti.

Dengan sangat hati-hati Alinsya membuka pintu lemari kayu itu.

Dan, benar saja, saat pintu lemari itu berhasil terbuka, pemandangan indah pun langsung terpancar! Lemari kayu itu di penuhi makanan-makanan kecil! Salah satunya coklat!

Kedua anak itu refleks menelan salivanya, isi lemari itu terlalu menggoda iman dua gadis kecil
nan menggemaskan itu.

Tampa basa-basi, Alinsya langsung
mengambil coklat yang sudah Ia idam-idamkan, melihat itu Laura pun
tak tinggal diam. Dengan cepat Ia mengikuti jejak Alinsya dengan mengambil coklat dan beberapa makanan kecil yang ada di sana.

Baju yang mereka pakai pun sudah mereka sulap menjadi wadah hasil jarahan.

Setelah di rasa cukup, keduanya pun lantas berbalik badan bersama-sama.

Namun, keduanya langsung dibuat terkejut dengan kehadiran seorang wanita, yang telah berdiri berkacak pinggang sambil menatap mereka dengan tatapan yang mampu membuat keduanya merinding.

"Tatapannya tajam banget coy!"

"Hehehe," Alinsya tersenyum lebar memperlihatkan deretan gigi putih bersihnya, bersikap sok imut pada bu Tini.

Wanita yang memergoki mereka tak lain adalah Bu Tini, si ibu panti.

Berbeda dengan Alinsya yang hanya tersenyum saat di pergoki. Laura malah sudah hampir menangis karena takut dimarahi. Maklumlah, Laura kan baru pertama kali melakukan kejahatan seperti ini,
kalau Alinsya mah udah biasa.

"Abis ngapain kalian berdua?" Tanya bu Tini pelan namun, terdengar tegas.

Eh si ibu malah nanya lagi, kan udah
jelas-jelas Alin sama Laura itu habis
menjarah makanan kecil terutama coklat.

"Eum, anu ibu. Alin—pengen coklat," jawab Alinsya sambil memasang jurus pupil eyes-nya.

Bu Tini lantas buru-buru mengalihkan pandangannya, berusaha tidak terpengaruh dengan jurus yang di berikan Alinsya.

"Yee, malah dicuekin!" Batin Alinsya, sedikit kesal.

Bu Tini kemudian beralih menatap Laura yang tengah tertunduk.

"Laura, ka__"  kata-kata Bu Tini sontak terpotong, ketika tiba-tiba terdengar suara tangisan kecil, ternyata Laura sudah menangis!

"Eh? Laula kok malah nangis sih?!" Tanya Alin panik.

Dengan cepat bu Tini berjongkok di hadapan gadis kecil yang tengah menangis itu. Aduh, padahal Bu Tini
nggak bermaksud marah, Ia hanya  sekedar ingin memberikan wejangan kecil pada dua mahluk mungil itu.

"Laura jangan nangis, bu Tini nggak
marah kok," ujar Bu Tini berniat menenangkan sembari mengusap lembut rambut Laura.

"Be-beneran? I-ibu nggak marah?" Tanya Laura sambil sesenggukan.

Bu Tini tersenyum lembut.

"Iya sayang, ibu nggak marah kok," ungkapnya, "tapi Laura nggak boleh
lagi ambil makanan tampa ijin, ya? karna itu nggak baik," lanjutnya menasehati.

Laura langsung mengangguk mengerti. Lalu Ia langsung memeluk tubuh ibu pantinya itu.

Melihat adanya kesempatan, Alinsya lantas cekikikan seraya berjalan dengan hati-hati menuju pintu keluar, Ia berniat melarikan diri bersama coklat coklatnya.

DTC : From Nayla To Alinsya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang