Chapt 5: Menuju Siap

46 16 2
                                        

"Menyerah itu menyalahkan arah."

"Syer, 2 hari lagi loh olimpiadenya. Aduh pusing gue, kalo kalah mau ditaruh mana ni muka," Allan sangat khawatir menghadapi olimpiade matermatika, bukan karena soalnya namun kalah atau menangnya. Allan memang memiliki keinginan untuk terus menjadi yang terbaik, di samping itu ia tak melupakan Tuhan dan selalu berusaha dengan kemampuannya sendiri.

"Tenang, kalo lo pesimis malah ga konsen nanti. Lagian kita juga belum tau siapa lawannya," Syerin mencoba santai menghadapi Allan yang sangat gelisah.

"Yang gue tau, ada SMA Bhadrika."

"Gue sering denger juga namanya, tapi lo yakin mereka bakal lebih unggul dari kita?"

"Ga mungkin dan ga akan pernah!"

"Gue sering denger juga namanya, tapi lo yakin mereka bakal lebih unggul dari kita?"

"Olimpiade hari apa sih?"

"Selasa."

"Berarti H-1 gue ga ikut basket dulu," Allan yakin dengan keputusannya.

"Bukannya 3 hari habis kita olimpiade, lo ada pertandingan basket? Dan lo kapten."

"Iya sih, tapi gue udah pikirin kok. Ada Davin sama yang lain, dan gue pasti ikut."

"Pasti menang juga ga?"

"Doa terbaiklah buat kita," mohon Allan.

"Aamiin," Syerin benar-benar berharap bahwa Allan bisa memenangkan pertandingan basket setelah lelah berkompetisi matematika. Tak lupa, harapannya untuk dirinya sendiri lebih besar.

Suasana halaman sekolah saat itu sangat sepi, siswa lain sedang mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar. Mereka bukan membolos, namun diberi kesempatan untuk belajar senyamannya. Di halaman sekolah itu untuk pertama kalinya Allan melihat kecantikan Syerin. Cuaca yang cerah seakan mendukung mereka untuk lebih lama bersama. Teman-teman mereka hanya bisa mengintip dari jendela kelas sembari bersiul menggoda.

"Temen-temen lu tuh, seneng banget kalo ngejekin," adu Syerin.

"Mungkin kita emang cocok."

"Emang ga konsisten ya kalo soal suasana hati. Tadi aja cemas, gelisah, sekarang malah kaya gitu," ucap Syerin sambil memalingkan wajah ke arah lain.

"Tapi menurut lo..kita cocok ga sih?"

"Kan mulai kan," Syerin mencubit lengan Allan.

"Aduh, galak bener ni cewe."

"Apa lo bilang?" teriak Syerin sambil mengerutkan dahinya.

"Elu galak, Syeerrr..elu galak!"

"Terserah," ucap Syerin dengan malas.

"Eh maaf, Syer maaf, maafin gue ya oke? Please..." Allan memohon.

"Ada syaratnya!" pinta Syerin.

"Apapun."

"Lo harus jawab semmuuaaa pertanyaan dari gue sampai kapanpun, sanggup ga?"

"Iya deh, cuma sama lo gue ga rahasia-rahasiaan," Allan menyetujui.

"Lo crita tentang gue ke Tante Daniya apa aja? Jangan-jangan lo cerita kalo gue nyebelin, suka jutek, suka ngambek, pokoknya yang jelek-jelek deh. Ngaku ga lu!" ancam Syerin.

"Enggak, Syer..gue cuma cerita kalo gue deket sama lo, gue ikut olimpiade sama lo, gue sa.."

"Sa? Apa?"

ATESIA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang