Chapt 32: Buruk

24 2 0
                                        

"Ku kira mereka benar-benar malaikat."

"Tan, Syerin nanti mau pergi sama Allan lagi ya."

"Iya, hati-hati tapi."

"Siap, Tanma!"

Celine berpikir sejenak, "Ohhh..tante mama?"

"Seratus buat istrinya Om Ade yang paling cantik."

"Dijemput apa berangkat sendiri?"

"Bareng Kak Kafka, sekalian mau ketemu pacar katanya," Syerin berbisik-bisik.

"Ngadu apa lo sama mama?" tanya Kafka garang.

"Kamu jangan galak gitu, nakutin," ejek Celine.

"Mama sukanya ngebelain Syerin."

"Kita kan girl group," Celine memeluk Syerin.

"Ya udah, ma, Kafka sama Syerin berangkat dulu."

"Hati-hati ya, nak," pesan Celine diikuti lambaian tangan dari Syerin.

Prince Barley
sampe mana?

Syereen
ntar lagi

Prince Barley
tp kebalik ga kalo lo yang main ke rumah gue

Syereen
bsk bsk lo yg main ke rumah gue

Prince Barley
ogahhh, takut ama kafka gua
read

"Lo mau ketemuan dimana sih?"

"Kepo, anak kecil kepo," ejek Kafka.

"Bacot lo upil badak," Kafka hanya tersenyum mendengar ejekan dari Syerin.

"Dah sampe, mau turun apa ngikuti gue? Tapi jadi nyamuk," Kafka mencubit keras kedua pipi Syerin karena gemas.

"Adooohh sakit! Dah ah, bye."

"Hati-hati, jaga sopan santun, ga usah rakus."

"Thanks, Kaf," Allan datang dari balik tingginya pagar untuk menjemput Syerin.

Allan mengajak Syerin memasuki rumahnya dan menuju ruangan billiards.

"Mama papa lo di rumah?"

"Iya, libur, gatau sih libur apa bolos hahaha."

"Lo tau ga, Al?"

"Apa?"

"Kafka jadian sama Uvi."

"Yang bener lo?"

"Iya beneraann, lo ga liat tadi malem dia mepet-mepet ke Uvi?"

"Lo rela ga?"

"Ya engga sebenernya, tapi.."

"Ya lo dukung aja, siapa tau Uvi bisa lebih baik."

"Gue harap gitu."

"Lo udah makan belum?"

"Udahlah, lo takut ya makanannya gue abisin?" selidik Syerin.

"Iya, lo ngabisin jatah gue."

"Eh gue kebelet pipis."

"Tau kamar mandinya kan?"

"Tau, nanti kalo ga tau ya tanya."

"Gue anterin apa gue temenin sampe dalem?"

"Jangan macem-macem ya lo," ancam Syerin yang malah mengundang tawa bagi Allan.

"Loh, Syerin udah sampe dari kapan?"

"Tante, belum lama kok, ini Syerin mau numpang kamar mandi."

"Udah tau tempatnya?"

"Udah tante, tapi semoga ga lupa hehehe."

"Ya udah tante tinggal dulu ya," Syerin hanya membalas dengan anggukan.

Tak lama, Syerin menemukannya. Tanpa berpikir, ia langsung mengeluarkan hajat yang dari tadi sudah ia tahan.

"Alhamdulillah lega..tapi gue bisa kesesat kalo rumah segede gini," keluh Syerin.

Ia mulai melangkahkan kakinya lagi, hingga terhenti pada suara yang menyebut nama orang yang Syerin kenal, Baron Clovis.

"Sampe kapan kita mau sembunyiin ini?"

"Papa belum tau, tapi papa takut hubungan mereka jadi rusak."

"Kasian Syerin, dia ga tau kalo kita nyembunyiin ini."

"Demi kebaikan semua orang, kebakaran itu juga udah hampir 11 tahun."

Sontak Syerin ingin marah semarah-marahnya, orang yang selama ini ia percaya dan orang tua dari orang yang dicintainya ternyata yang melakukan peristiwa besar 11 tahun yang lalu.

"Gue ga boleh nangis, gue ga boleh nangis di depan mereka," ucap Syerin dalam hati sembari menahan air matanya.

Ia berlari kecil menuju ruang billiards dan bergegas mengambil handphonenya untuk menghubungi Kafka.

"Udah?" Syerin tak bisa lagi berkata-kata, ia hanya menjawab dengan anggukan dan senyum terpaksa.

"Oh btw, gue pamit sekarang ya. Kafka nelfon kalo ada acara mendadak."

"Loh kok cepet banget?"

"Iya, mendadak banget, ya..nanti tolong pamitin Om Roby sama Tante Daniya."

Untung saja, Kafka hanya memberikan titipan dari Celine untuk Uvi dan tidak lama-lama menemuinya.

Syereen
kak, jemput

kafka aja ya
kok mendadak?

Syereen
udah jemput aja, pleaseeee!!!!

kafka aja ya
oke, dah deket
read

"Emang udah dijemput? Atau gue anterin?"

"Ga usah, Kafka udah mau nyampe. Bye, Al, sorry ya kali ini ga bisa lama-lama."

"Iya, hati-hati loh," Allan memang sepengertian itu pada Syerin.

Syerin berlari menuju mobil yang sudah terparkir di halaman depan rumah Allan. Saat sudah menutup pintu dengan rapat, tangisnya pecah seketika.

"Lo kenapa?" tanya Kafka cemas.

Syerin masih belum bisa menjelaskan apa-apa, Kafka yang tak tega bergegas memeluknya.

"Pa-papa mamanya Allan, mereka yang udah bunuh papa mama," Syerin lebih histeris dibuatnya.

"Syer, lo-lo yang bener.."

"Gue denger, gue ga nyangka kalo selama ini mereka," air mata kerapuhan kini berubah menjadi amarah.

"Lo tenang dulu, kita pulang sekarang, nanti kalo udah sampe rumah lo critain semuanya," Syerin hanya mengangguk di dekapan Kafka.

Orang yang sudah Syerin impikan menjadi teman hidupnya, seakan telah hilang begitu saja oleh satu peristiwa tak diduga. Amarahnya semakin memuncak saat dalam benaknya terus dipenuhi perbuatan-perbuatan jahat orang tua Allan yang lain. Kini kisah mereka serumit air dan api, untuk bersatu sangat kecil kemungkinan bahkan tidak mungkin. Syerin belum memberi tau apapun pada Allan, tapi ia bertekad menjauh dari kehidupan asmara bersamanya.

ATESIA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang