"Jangan pergi, aku tak ingin sosok sempurna dalam hidup yang bermakna itu hilang."
"Ryza, gue ga akan berhenti sampe elo jatuh ke tangan gue," ucapnya lirih.
"Gue yakin, dia bakal luluh sama lo," dukung seseorang yang berada tepat di sampingnya.
"Davin, gue tau lo masih hidup. Kalo bukan lo yang mati, Allan yang bakal gantiin posisi lo," dendam seakan menyelimuti mereka.
"Kalo Allan mati, Syerin juga bakal jatuh ke pelukan gue."
"Lo tenang aja, mereka ga ada apa-apanya tanpa Allan."
***
"Iya, Uvi kakak gue. Jadi Ying, yang tadi itu salah paham," jelas Hiro.
"Jadi selama ini ga ada yang tau kalo lo kakaknya Hiro?" Kafka memastikan diikuti gelengan pelan dari Uvi.
"Gue minta maaf sama lo semua, buat nganggep dia kakak aja gue ga sanggup!" Hiro menegaskan.
"Kamu jangan bahas ini di depan temen-temen, kasian papa," Uvi memohon.
Mereka semua hanya melemparkan tatapan satu sama lain, tak tau apa yang akan dikatakan pada dua kakak adik yang sedang berusaha memperbaiki hubungan.
"Terserah! Ying, ayo pulang sekarang," Hiro menggandeng tangan Jena dan membawanya pergi dengan cepat.
"Ya udah, Vi, kita pulang sekarang ya," ajak Kafka diikuti Uvi yang mengangguk setuju.
"Hiro kenapa sih?" Aga masih penasaran.
"Urusan keluarga kali, ga usah ikut campur dulu," Davin mengingatkan.
"Lo pada mau balik jam berapa?" Rezka kembali membuka suara.
"Gue balik sekarang," Allan menoleh pada Syerin. Mereka berdua menjauh membelakangi yang lain.
"Jangan lupa gandengaann.." teriak Aga saat Syerin dan Allan sudah tak menampakkan batang hidungnya lagi.
Satu persatu dari mereka meninggalkan acara meriah malam ini. Berbagai suasana yang dialami seakan memberi banyak perubahan sekarang.
***
"Jena ga pernah tau kalo Hiro punya kakak?"
"Dia ga pernah cerita apa-apa ke gue."
"Tapi Uvi kasian sama papanya, Kafka juga ga pernah tau?"
"Seharusnya gue yang tanya sama elo, Al," Syerin pun tak tau jawaban seperti apa yang Allan inginkan.
"Lo jangan jauh-jauh dari gue ya," Allan mengeluarkan kalimat yang tak Syerin duga.
"Jangan-jangan elo lagi yang mau ngejahuin gue.."
Allan memberi senyuman yang melebar pada satu sisi, "Syer, gue sayang sama lo."
Lampu merah menampakkan sinarnya, "Gue juga."
***
"Syerin itu kenal deket sama anak dari pembunuh orang tuanya."
"Kasian Syerin, kadang aku pengen cerita semua ke dia."
"Kita masih harus tutup ini rapat-rapat," perintah Roby pada Daniya."
Terdengar klakson mobil dari kejahuan, "Itu Allan."
Roby dan Daniya bergegas menemui putranya yang baru saja tiba itu.
"Pa, Ma," Allan bersalaman dan mencium tangan orangtuanya.
"Syerin udah sampe dengan selamat kan?"
"Udahlah, Ma," Allan terlihat meremehkan tugas sehari-harinya itu.
"Ya udah kamu sekarang bersih-bersih terus istirahat ya, nak."
Allan mengangguk dan bergegas meninggalkan mereka berdua.
"Kamu ga mau tau kisah anakku sama Syerin tadi?" goda Roby pada Daniya.
"Papa mau denger?" balas Daniya yang sudah mengetahui maksud dari suaminya itu.
Di kamarnya, Allan terlihat masih terbayang-bayang dengan ucapan singkat Syerin yang sangat berpengaruh pada suasana hatinya.
"Gue ga nyangka, lo bakal ngomong itu ke gue," Allan tersenyum dalam segala kegiatannya.
"Kamu belum tidur?"
"Mama..Allan belum pengen tidur."
Daniya tersenyum lembut, "Gimana tadi dansanya?"
"Mama kalo nanyain Allan kaya nanyain anak kecil abis main sama temennya."
"Yakin gamau crita sama mama..nanti mama tanya ke Syerin loh," ancam Daniya tak serius.
Lagi-lagi Allan memberi senyuman yang mengangkat pada satu sisi saja, "Lancar, lebih lancar dari yang Allan kira."
"Mama jadi penasaran.."
"Syerin bener-bener jadi sosok penyemangat Allan sekarang, Allan bersyukur banget punya dia. Cewe serapuh itu bisa bikin Allan bahagia setiap hari," jelasnya panjang lebar.
"Oh sekarang Syerin udah jadi milik kamu?"
"Allan sayang sama Syerin."
"Syerinnya sayang kamu juga ga?"
"Ya mama bisa nilai sendirilah," ucap Allan dengan senyuman.
"Al, Syerin anak yang pantes dapet kasih sayang dari kamu. Dia udah kehilangan cinta pertamanya sekaligus satu-satunya malaikat di dunia."
"Itu yang bikin Allan yakin sama Syerin, dia bisa nglewatin semua ini. Tapi kok kayaknya mama tau banget soal Syerin sama orang tuanya?"
Pertanyaan dari Allan itu membuat Daniya terbungkam, beberapa menit ia diam tanpa sepatah kata. Banyak rahasia yang masih ia sembunyikan dari putra semata wayangnya. Entah apa alasannya, Roby dan Daniya benar-benar menutup rapat hal yang seharusnya Allan ketahui.
"Ma?"
"Mama bisa ngrasain apa yang Syerin rasain. Di umur kamu sekarang ini seharusnya peran orang tua penting banget, tapi Syerin ga dapet itu."
"Emang mama kenal baik sama orang tuanya Syerin?"
"Iya. Al, mama masuk ya, udah jam segini," Daniya seakan mengalihkan topik pembicaraan.
Allan ingin mencurigai ibunya itu, namun ia tak punya alasan apa yang patut dicurigai dari ucapan Daniya barusan. Semua tertutup oleh ucapan Syerin yang lagi-lagi memenuhi benak Allan. Cahaya bulan malam yang masih menampakkan diri seakan menjadi teman Allan saat ini. Remaja famous SMA Petapa yang terkenal dengan ketampanan dan keganasannya sebagai Allan Barley kini menjadi sosok yang lembut di hadapan Syerin.
***
Di sisi lain, "Al, gue gatau perasaan apa yang gue rasain sekarang. Yang pasti, sehebat apapun cewe di luar sana, gue ga akan lepasin lo buat mereka."
Mereka menatap langit yang sama dengan rasa yang sama pula. Wajah sangar yang tadinya menjadi karakter Allan sekarang berubah sebaliknya di mata Syerin. Di antara ratusan laki-laki yang mengejarnya, Allan adalah sosok terbaik untuk Syerin setelah ayahnya tiada. Syerin pun tak melupakan peran Adelard dan Celine di hidupnya, juga Kafka yang selalu berusaha melindunginya.
Malam itu benar-benar indah untuk mereka, kalung bergambar mawar dengan warna merah tua itu seakan menjadi harapan untuk Syerin dan Allan.
***
"Halo," ucap Ryza pada seseorang yang sedang terhubung padanya sekarang.
"Ryza? Lo beneran udah ga marah sama gue?"
"Gue sayang sama elo, Lang."

KAMU SEDANG MEMBACA
ATESIA (END)
ספרות נוערIni tentang insan yang terjebak dalam kesepian abadi. Atesia Syerin, dua nama paling depan dari dua nama tersisa. Memulai hidup dengan kehilangan cinta pertamanya. Kehadiran orang baru terus menutup kisah masa lalu. Sayangnya itu semua hanya sement...