Chapt 14: Hilang

32 7 2
                                    

"Bagaskara memandangi dari singgasananya, kapan karma melakukan tugasnya."

"Dav, kamu makan ya."

"Aku ga laper, Ryz, aku cuma mau kamu nemenin aku."

"Aku di sini, aku nemenin kamu, tapi kamu makan ya."

"Nanti aja," Davin menolaknya dengan halus.

"Oh atau aku suapin?"

"Kalo gitu sih mau banget."

"Kamu ni," Ryza menepuk pelan pipi Davin.

"Kamu nangis ga waktu aku mati suri?"

"Engga!"

"Cie bohong."

"Engga, Dav," Ryza tak bisa menghindari senyumnya.

"Berarti udah ngrelain aku nih.."

"Ihhh..jangan gitu," pinta Ryza dengan manja.

"Maunya gimana, sayang?"

"Udah ah, sekarang mendingan kamu makan."

"Aaaaa.." Davin membuka mulutnya lebar-lebar.

"Enak ga?"

"Makanan rumah sakit emang ga cocok buat generasi micin."

"Ya berarti yang buat gamau nikah lagi."

"Apaan sih kamu, Ryz," senyuman terlukis dengan indah di wajah mereka berdua.

***

"Iya, Vano," lanjut Syerin.

"Vano anak kelas sebelas?"

"Iya, Al."

"Kenapa?"

"Gue rasa dia tau keberadaan Ero sama Elang."

"Braaakkkk.." Aga memukul kursi plastik yang ada di sampingnya.

"Liat aja, gue besok bakal nemuin tu si Vano!"

"Pastinya sama kita dong, Ga," Rezka mendukung.

"Tapi gue yakin, mereka masih deket dari daerah sini," Allan mencoba menemukan Ero lebih mudah.

"Gue rasa juga gitu, ga mungkin dia pergi jauh gitu aja," selidik Aga.

"Aduuhh capek gue," kata Rezka sambil menyandarkan tubuhnya di dinding paviliun milik Allan.

"Sok banget lu, ga ngapa-ngapain juga," Arfa yang baru saja berbicara menyambut perkataan Rezka.

"Yee gue mah pekerja keras, ga kaya elu pemalas," balas Rezka.

"Udah deh lo berdua!"

"Iya, Ellaku sayang," goda Rezka.

"Buciiiinnn wae," Aga geli melihatnya.

"Lan?"

"Ha?"

"Lu ga punya makanan gitu?"

"Ambil sono di rumah."

"Ga ah, takut gue ama Om Roby," tolak Aga.

"Iya oke gue ambilin," Allan beranjak dari posisi ternyamannya.

"Naahh..thank you Allan baik."

"Ganteng juga!"

"Emang iya, Syer?"

ATESIA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang