"Aku minta semua wajib selesai."
"Syer, bareng gue aja."
"Gue bawa sendiri aja."
"Lo batu banget sih, Syer."
"Kan adek lo."
"Bareng gue aja, ntar kalo lo mau berduaan sama Allan biar gampang."
Syerin mengarahkan bola matanya ke kanan atas untuk membayangkannya.
"Ya udah iya, gue bareng elo."
"Ga dari tadi, Syer, Syerok!"
"Diem lo!"
Mereka bergegas menuju ke salah satu mobil Kafka yang sudah terparkir di depan rumah mewahnya.
***
"Woe, Lan, lo mau muay thai apa ke kondangan?" ejek Aga.
"Bacot lo, gua belum ganti juga," bantah Allan.
"Awas ada roti sobek.." Aga memberi aba-aba.
"Wowww..bagus banget," pandangan Rezka terpaku pada Allan yang sedang berganti pakaian.
"Mata lo ga usah jelalatan," Allan sangat geli dengan tingkah Rezka.
"Parah sih kalo sampe Syerin nolak elo," ucap Rezka dengan kepala yang bergeleng.
"Makanya jadi anak gym biar ga lemak doang isinya," ejek Aga.
"Kerjaan lo bucin mulu sih," tambah Davin.
"Seneng banget lo pada kalo ngejekin gue."
"Muka aja arab-arab gitu, badan upin ipin," perkataan Aga membuat gelak tawa seisi ruangan.
"Udah cepetan, nanti Syerin nunggu kelamaan," perintah Allan.
"Lo juga gitu, mau muay thai apa ngebucin?" tanya Davin yang tak mendapat jawaban apapun dari Allan.
***
"Lo sama Uvi gimana?"
"Gimana apanya?"
"Ya hubungan lo sama Uvi.."
"Ya ga gimana-gimana."
"Ga lo tembak?"
"Entar mati."
"Ga usah nglawak."
"Emang harus?"
"Lo udah berubah beneran apa gimana? Dulu aja pacarnya satu selingkuhannya sepuluh."
"Enak aja lo, gue sama Sisca coba-coba aja."
"Coba-coba gimana? Orang pas putus aja elonya yang nangis.."
Dibalik julukan playboy yang sering Kafka dapatkan, ada ketulusan hati yang begitu besar untuk satu perempuan yang tepat.
"Ya gue nangis karna nanggung, dua bulan lagi satu tahun kita," elak Kafka.
"Jadi?"
"Jadi apa?"
"Jadi Uvi ga mau lo tembak?"
"Entar-entar aja deh, kalo lo juga udah jelas sama Allan."
"Kok jadi gue sama Allan?"
"Ya lo sendiri gimana sama dia?"
"Baik-baik aja."
"Best friend or boyfriend?"
"Best boyfriend."
"Ohhh..gitu.." Kafka bercakap dengan keras.
"Best friend aja, kak.." Syerin takut jika Kafka akan mengadu pada Allan.
"Turun."
"Ngapain?"
"Udah sampe, Syeriinnn..lo mikirin apa aja?"
"Ntar gue ambil tas di belakang dulu," ia mengalihkan topik pembicaraan mengenai Allan saat bersama Kafka.
"Udah?"
"Udah, yuk!"
Sesampainya di sana, Syerin masih belum mendapati Allan dan yang lain. Ia bersiap terlebih dahulu, dimulai dari pemanasan hingga memasang muaythai gloves di kedua tangannya dibantu Kafka.
"Syer.."
"Al, sendiri lo?"
Allan hanya menjawab dengan kepala yang menggeleng ke kanan sekali.
"Lo tau ga, Syer?" seperti biasa, Rezka heboh pada setiap situasi.
"Hem?"
"Allan tadi turun dari motor mau kesandung gara-" Allan membungkam mulut Rezka.
"Keburu mau ketemu Syerin?" tebak Kafka diikuti Rezka yang mengangguk sesak karena bungkaman dari Allan.
"Lo siap-siap sana," perintah Syerin.
Hampir sama dengan yang dilakukan Syerin, Allan memulainya dengan pemanasan dilanjutkan memakai muaythai gloves.
"Naik pelaminan sana."
"Buugggg.." pukulan tepat mendarat pada punggung Kafka.
"Belum apa-apa udah gue yang kena.." keluh Kafka.
"Ngeri bet dah pacarnya Allan," ucap Davin yang ternyata sudah tak didengarkan Syerin dan Allan yang telah menaiki area tanding.
"Video, video, video," lagi-lagi Rezka berulah dengan ingin mengabadikan momen mereka.
Perkelahian di atas ring antara pasangan tidak pasti itu semakin sengit. Entah Syerin yang memang hebat atau Allan yang sengaja mengalah, ia sudah mendapat pukulan bertubi pada perut dan dadanya yang membidang.
"Terus, Syer, terus!" Rezka menyemangati sembari menirukan gerakan memukul.
"La, liat pacar lo kaya orgil," Aga pun tak lupa membagikan tingkah Rezka itu.
"Buuuggg.." tendangan mengenai lengan atas Syerin.
Terlihat tak memengaruhi apapun, Allan kembali berusaha mengunci kaki Syerin yang dari tadi ingin meluncurkan tendangan padanya. Bukan karena Allan tak kasihan pada seorang perempuan apalagi Syerin, namun pertandingan tetaplah pertandingan, lagi pula mereka sudah bisa menjamin keselamatan satu sama lain.
"Maju lo," Syerin menghadapkan punggung telapak tangannya dan menggerakkan jari maju mundur pada Allan.
"Syer!" Allan menangkis busur panah yang biasa digunakan pada dart board.
Mereka yang berada di luar ring sontak berdiri dengan cepat karena terkejut. Syerin bisa bernapas lega, namun belum saatnya mereka memulai latihan pertandingan itu lagi. Siapa yang melemparnya, mereka belum mengetahui itu.
"Thank you, Al," Allan hanya membalasnya dengan anggukan karena dada yang masih naik turun dengan kasar.
"Ero!" teriak Kafka.

KAMU SEDANG MEMBACA
ATESIA (END)
Novela JuvenilIni tentang insan yang terjebak dalam kesepian abadi. Atesia Syerin, dua nama paling depan dari dua nama tersisa. Memulai hidup dengan kehilangan cinta pertamanya. Kehadiran orang baru terus menutup kisah masa lalu. Sayangnya itu semua hanya sement...