Chapt 4: Di Rumah Itu

51 16 2
                                        

"Di mana seseorang menutup mata dan di mana ia membukanya."

Tak bisa dipungkiri, waktu memang berjalan begitu cepat. Tinggal 2 minggu lagi Syerin dan Allan menghadapi olimpiade mata pelajaran yang banyak ditakuti anak sekolah. Bukannya semakin nervous malah semakin senang karena memiliki optimisme dalam diri mereka masing-masing. Ditambah semangat dari keduanya yang sudah tak canggung untuk bertukar cerita, dari yang formal atau santai seperti layaknya seorang teman. Allan pun menjadi lebih baik saat kenal dekat dengan Syerin. Sesosok Pangeran Barley telah diluluhkan hatinya. Tapi ada keyakinan dalam diri Roby Barley bahwa Allan berubah untuk dirinya sendiri bukan untuk Syerin.

"Eh eh kenapa tuh kok nempel-nempel?" kata Riella sambil menunjuk dan membulatkan matanya.

"Udah lah lo maklumin aja. Namanya juga si arap," balas Ryza.

"Eh, Ryz, gue bilangin sama Davin beneran lo ya," ancamnya.

"Ye jangan dong! Kan emang bener, lo tu cuma harus maklumin cewe-cewe yang gatel sama Rezka," Hilya mengucapkan kata 'gatel' dengan 2 jari yang naik turun.

"Iya juga sih, seorang Riella itu pasti punya crush yang gantengnya maksimal," kata Riella sambil menutup matanya.

"Ganteng mulu yang lo pikirin, sifat gimana tuh?" Ryza mencoba menjatuhkan Rezka.

Saat itu mereka hanya ber empat, Hilya, Ryza, Riella, dan Friska. Syerin ditemani Jena pergi ke kelas sebelah untuk memastikan yang mengikuti olimpiade mata pelajaran lain. Seharusnya Allan yang mempunyai tugas itu, namun ia kabur karena peserta olimpiade kelas sebelah adalah perempuan. Ia paling malas jika kesempatan itu digunakan untuk tebar pesona padanya.

Saat waktu istirahat tiba, "Heh! Mana, Syerin?" tanyanya dengan garang.

"I-itu disana.." jawab salah satu siswi dengan gugup.

"Tanyanya santai aja kali, Lan," Davin mengingatkan.

"Gue khawatir, Vin," kata Allan dengan wajah cemas.

"Apa sih, Lan yang perlu dikhawatirin?" Davin mencoba menenangkan.

"Ya khawatir aja, Syerin lama banget dari tadi. Udah hampir selesai loh istirahatnya, nanti dia malah digoda cowo kelas lain lagi," jelas Allan.

"Oh lo cemburu..apa ga rela?" tanya Aga dengan alis yang naik turun.

"Enggaklah gila lo, mana mungkin gue suka sama Syerin," elaknya.

"Yaudah deh, nanti kalo udah mau diungkapin bilang gue ya. Biar gue jadi fotografer nya," tawar Aga.

"Eh lu ngapa diem aja dari tadi?"

"Gapapa, Vin," jawab Hiro singkat.

"Ciah udah kaya cewe aja lo, gapapa-gapapa," teriak Davin yang mengundang para mata untuk segera menoleh ke arah mereka.

"Ssttt...lu pada gatau apa kalo Allan lagi pusing mikirin matematika, gue yang ga punya beban aja bisa budeg dengernya," Aga menyela.

"Iya yak, Allan jadi orang pinter sekarang," Davin menepuk punggung Allan.

"LU PIKIR DUKUN HAH?" Aga menoyor kepala Davin untuk membela Allan yang dari tadi hanya diam bersama Rezka dan Arfa menyaksikan keributan mereka.

"Brisssikkk bet dah," Hiro mengakhiri percakapan perjalanan menuju kelas kali itu dengan Syerin yang berjalan menyusul di belakang mereka.

Jam istirahat kedua telah selesai. Satu setengah jam lagi mereka akan kembali ke rumah masing-masing. Syerin yang telah menyetujui untuk pergi ke rumah Allan setelah pulang sekolah merasa sedikit gugup untuk bertemu Roby dan Daniya. Ia hanya takut jika kurang diterima oleh keluarga Barley. Padahal mereka hanya berteman dekat, namun rasa itu terus menyelimuti Syerin yang juga selalu diyakinkan Allan.

ATESIA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang