Chapt 39: Untukmu

23 1 0
                                    

"Aku melepasmu dengan sisa ikhlas yang ku punya."

"HIROO!!!" Kemarahan Allan memuncak saat melihat sahabatnya terkapar tak berdaya dengan bagian tubuh yang bersimbah darah.

Hiro sendiri tak percaya bisa melakukan ini, ia menjatuhkan senjatanya dan berlari menuruni bangunan tanpa membawa motor.

"Aga, Aga, lo gapapa kan, Ga?" Arfa menggoyangkan tubuh Aga.

Lain halnya dengan Rezka yang masih berdiri mematung melihat tubuh sahabatnya yang sudah ia benci beberapa hari lalu.

"Panggil ambulan cepet!" Arfa sigap menghubungi pihak rumah sakit.

"Lan..makasih."

"Ga gue yakin lo kuat, Ga, lo bertahan Ga, nyokap lo udah sembuh, Hilya udah mau balik."

Aga tersenyum tulus namun rapuh, "Gue s-sayang Hilya."

"Agaa.."

"Rez, m-maafin gue," ucapnya dengan napas yang tersengal-sengal.

"Kenapa, Ga, kenapa Hiro bisa kaya gini?"

Setelah beberapa kali menarik napas berat, "Papanya Hiro, bukan Allan."

"Syerin.." tanpa sadar Allan menyebut nama itu bebarengan dengan tidak sadarnya Aga.

"AGA!!!" lagi-lagi jeritan mengerikan itu terdengar.

"Ambulannya sampe mana, Fa? Lo telfon lagi cepet!" Rezka tak kuasa melihat semua ini.

Tak lama, sirine ambulan menghampiri mereka, "Cepet tolongin temen saya!" Rezka tak berhenti memohon.

Tubuh Aga di masukkan dalam ambulan dengan Allan yang ikut bersamanya, yang lain belum terpikir untuk menghubungi siapa pun terutama Davin dan Hilya.

apin
woi gua dapet pesawat siang
dah mau balik, tungguin ye

Tentu pesan dari Davin dibiarkan begitu saja. Mendadak suasana menjadi tak karuhan, peristiwa yang dialami Davin terulang pada Aga. Saat mereka ingin menikmati waktu luang, kebahagiaan belum mengizinkan.

"Ga..lo ga boleh cuma sampe sini," firasat Allan membuatnya mengucapkan hal ini.

Ambulan melaju cepat menghampiri rumah singgahnya, keluarga pasien darurat lainnya berlalu lalang memohon untuk diselamatkan. Ruangan yang dulu dihampiri Davin kini menjadi ruang sementara untuk Aga. ICU, mereka benci untuk membacanya.
"Arghhh!" Allan menghantam dinding rumah sakit.
Rezka membentur-benturkan kepalanya di sebelah Allan, lain halnya dengan Arfa yang duduk diam dengan tatapan kosong.
"Fa, lo kasih tau yang lain," pinta Rezka.
"Davin sama Hilya gimana, Rez?"
"Jangan dulu, lo mending kabarin Syerin sama Ryza," sahut Allan dengan sisa tenaga yang masih menempel pada raganya.

Syerin yang sedang bersantai di kamarnya mendapat suara bising dari panggilan Arfa.

"Halo, Fa, kenapa?"

"Syer..Aga, Syer," Arfa terlihat tak cukup kuat menyampaikan ini semua.

"Aga kenapa?"

"Aga..ditembak," sontak Syerin menyingkirkan buku bacaannya yang dari tadi ia genggam.

"Fa, lo jangan mancing gue buat ketemu Allan," pikiran buruk terus saja menghantui Syerin.

"Syer gue mohon, lo kesini sekarang," pintanya lirih.

"Allan.." Syerin mematikan telphone itu.

"Syer lo mau kemana? Woi!" panggilan Kafka tak mendapat jawaban apapun.

ATESIA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang