AYO DI INGETIN LAGI, SHARE CERITA INI SEBANYAK BANYAKNYA
JANGAN LUPA VOTE SAMA KOMEN YA🥺 karena itu berharga banget buat author:(
TINGGALI JEJAK KALIAN DISINI YAA
H A P P Y R E A D I N G
______________________________Ikhlas adalah jalan termudah untuk melepaskan
***
Adit mengangkat tubuh Nara ala bridal style, meletakan tubuh rapuh itu diatas brankar yang sudah tersedia. Lelaki itu menatap wajah damai Nara tapi tidak dengan isi hati gadis itu.
Anak mana yang tidak rapuh hatinya melihat kedua orang tuanya meninggal dihari yang sama. Membiarkan Nara berdiri sendirian dalam kesunyian. Tidak ada lagi canda dan tawa yang menghiasi makan malamnya. Tak ada lagi yang menunggu kepulangannya. Semua sudah pergi, jauh dan tak pernah kembali. Menyisakan luka mendalam untuk seorang putri seperti Nara.
Setelah lama mengamati wajah damai Nara, Adit merogoh ponsel disaku jaketnya. Menelpon seseorang yang mungkin bisa menenangkan Nara.
"Halo Dit? Ada apaan nelpon gue? Kangen lo?" tanya Bara membuka suara saat ponselnya sudah terhubung.
"Alin mana?," tanya balik Adit.
"Ngapain lo nanyain Alin? Mau nikung lo? Oh gitu lo sama gue Dit. Gue tunggu di komplek biasa. Gelud lah anyinggg." cerocos Bara.
Adit berdecak, "Gak usah banyak bacot. Bawa Alin kerumah sakit Medika Keluarga. Sekarang!" Adit menutup panggilannya sepihak. Lelaki itu lantas pergi menemui pihak rumah sakit untuk mengurusi pemakaman orang tua Nara.
***
"Papa Mama."
Nara terus memanggil Papa Mamanya, menggelengkan kepalanya dengan matanya yang masih terpejam namun mengeluarkan bulir kristal bening. Gadis itu kembali menangis dengan pilu.
Syarlin menepuk pelan pipi Nara, berusaha membangunkan gadis itu. "Ra bangun, Ra."
Syarlin datang bersama Bara, karena Bara yang memberitahunya. Jangan tanya Bara dimana sekarang? Lelaki itu sedang bersama Adit untuk mengurus pemakaman.
Nara terbangun, Syarlin langsung memeluk gadis itu saat kembali menangis.
"Papa Mama, Sya." lirih Nara pada Syarlin.
"Papa Mama pergi ninggalin gue sendiri, Sya."
Syarlin saja masih tak menyangka jika Om Renard dan Tante Fira meninggal. Tapi kematian memang nyata adanya. Semua manusia yang terlahir pasti akan meninggal. Tinggal menunggu waktunya tiba.
Syarlin hanya bisa mengusap bahu gadis itu, memberikan ketenangan dan juga kekuatan pada teman dekatnya. Karena Syarlin tahu rasanya kehilangan orang tersayang. Syarlin pernah diposisi Nara sekarang, bedanya, hanya Mamanya yang meninggalkan Syarlin dan Tama.
"Udah ya, Ra. Lo gak sendiri. Masih ada gue." ujar Syarlin mengeratkan pelukannya pada Nara, mengusap lembut bahu Nara berusaha meredam tangis gadis itu. Nyatanya, Nara masih tetap menangis.
***
Nara mengusap nisan Renard dan Fira secara bergantian, sekuat apapun Nara menahan air mata agar tidak jatuh. Namun dengan lancangnya air mata itu jatuh. Hatinya kembali sesak menerima kenyataan jika sekarang Nara sudah tidak punya siapa – siapa lagi untuk pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLOW (END)
Teen Fiction"Pada akhirnya, perpisahan menjadi jalan terakhir dari kisah kita" Ini tentang Radit Sanjaya, laki-laki yang harus berurusan dengan perempuan karena sebuah tantangan. Dan ini tentang Nara Safira, perempuan yang harus bertahan menjalani kisah hidupn...