BAB 50. TERIMA KASIH UNTUK KISAHNYA

697 80 9
                                    

Vote dan komen dulu baru baca ya guys

Chapter terpanjang sepertinya, jadi boleh banget kalau spam setiap paragrafnya

@bulansipit.wp
@ptr.wulansr_

H A P P Y  R E A D I N G
________________________________

"Pada akhirnya segala sesuatu yang dijaga kuat, akan hilang jika semesta bersuara tanpa digugat."
- bulansipit

**

"Pada akhirnya, perpisahan menjadi jalan terakhir dari kisah kita."
- ALLOW, 2022

***

Seorang gadis cantik dengan gaun putih yang melekat ditubuh mungilnya itu menatap sungai yang mengalir cukup deras dengan tumpukan batu besar berjejer disepanjang aliran sungai itu. Derasnya aliran sungai sama seperti cairan bening dipipinya yang turun tanpa henti.

Hidup memang tentang sebuah pilihan, begitu pula dengan takdir yang tidak tahu berakhir seperti apa nantinya. Setiap manusia pasti memilih rencana hidup yang bahagia, tapi rencana pemilik semesta memberikan hal tak terduga.

Dari semua hal tentang kebahagiaan, semesta rebut agar bisa menjadi orang yang kuat, semesta rebut agar tahu seberapa lama bertahan hidup.

Namun gadis dengan gaun putih yang berdiri diatas jembatan sungai itu memilih takdirnya untuk mengakhiri hidupnya. Semua hal menyakitkan sudah gadis itu rasakan, bertahan hidup menyakitkan bukan hal yang mudah untuk dijalankan. Sebab, kematian adalah tidur panjang paling damai untuk terhindar dari semua hal menyakitkan di dunia.

"Maafin aku Ma, Pa..."

Gadis itu memejamkan matanya sebelum menjatuhkan tubuhnya ke dasar sungai. Setidaknya, ia tidak akan hidup dengan rasa sakit lagi.

"Stop Sya," teriaknya seraya menutup matanya. "Gue gak kuat, filmnya relate banget sama hidup gue."

Syarlin mempause film yang mereka tonton tadi, lalu tersenyum menatap Nara, "Hidup gak ada yang sempurna Ra, tapi dengan kita memilih untuk bahagia, hidup akan jadi sempurna."

Nara tersenyum membalasnya, "Gue seneng bisa kenal lo Sya, makasih banyak ya,"

"Ck, bosen gue dengernya."

"Punten goputtttt," teriak Bima seraya membawa dua plastik pizza hut ditangannya.

Manik Nara berbinar, "Ahh, Bima pengertian banget deh," puji Nara. "Lo tau banget gue bosen makanan rumah sakit."

Bima mendelik, "Sorry, Gak ada yang mau ngasih lo Pizza," balasnya dengan sedikit meledek.

"Terus gue makan apa?"

"Tuh," Bima menengok kebelakang. "Adan bawain bubur,"

Melihat Adan menenteng plastik berisi bubur membuat Nara menghela napasnya lelah, bubur lagi bubur lagi.

Adan membuka plastik bubur itu lalu menaruhnya di atas mangkok, meniup bubur yang sudah disendokkan itu kemudian disodorkan ke mulut Nara yang masih tertutup dengan yang ditekuk.

"Buka mulutnya," titah Adan.

"Gak bisa request nasi padang aja?" kata Nara bertanya lemah, agar Adan luluh dan mau membelikannya nasi padang.

"Masih untung bubur dari luar yang berasa bumbunya, daripada bubur rumah sakit yang hambar?!" sahut Bima seraya memasukan sepotong Pizza kedalam mulutnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 04, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALLOW (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang