BAB 47. SEMESTA MENJEMPUT

366 72 7
                                    

VOTE DAN KOMEN DULU BARU LANJUT BACA

UDAH?

SELAMAT MEMBACA

***

Malam paling menyedihkan bagi Nara setelah meminta waktu untuk yang terakhir kalinya sebelum mereka saling berpisah, pemilik manik coklat madu itu tersenyum manis pada sang kekasih.

"Aku pulang dulu ya Dit," pamitnya, lalu tatapannya teralih pada gadis sebaya yang berada di belakang tubuh Adit. "Anterin Qeiza sampai rumahnya, hati-hati bawa mobilnya." Nara melambai sekilas sebelum akhirnya tangannya di tarik oleh Darrel.

"Darrel?"

"Kenapa?" tanya laki-laki itu seraya memasangkan helm fullface-nya, setelah itu baru menoleh pada gadis yang masih berdiri di sampingnya.

"Boleh anterin gue ke rumah Syarlin?"

Darrel bergeming sejenak menatapnya, ia menghela napas saat sorot coklat madu itu seolah memohon agar ia bisa menuruti permintaannya. Darrel tidak tega dan tidak bisa melarangnya, sampai rambut setengah basah itu sedikit bergoyang mengikuti irama anggukan dari kepalanya.

"Kok bawanya pelan banget?" tanya Nara saat menyadari jika Darrel melajukan motornya dengan begitu lamban.

"Baju lo basah, kalau gue ngebut nanti lo kedinginan."

Jawaban Darrel cukup mengulas senyum manis Nara, hatinya sedikit menghangat, setidaknya masih banyak penghuni dunia yang peduli padanya disaat dunia sedang jahat padanya.

"Beruntung banget cewe yang dapatin hati lo," kata Nara, Darrel melirik sekilas kaca spion yang memantulkan wajah Nara. Laki-laki itu sedikit tertarik dengan ucapan Nara.

"Beruntung gimana?"

"Lo punya hati yang baik dan lo tau cara memperlakukan perempuan dengan baik, itu udah cukup bagi perempuan yang nantinya akan dapatin hati lo."

Darrel tersenyum mendengarnya, "Lo juga perempuan beruntung, Ra."

"Kata siapa?" elaknya, Nara pikir ada yang salah dengan kaliamat Darrel. Ia tidak cukup beruntung dalam hidup.

"Kata gue," balas Darrel menjeda ucapannya sejenak. "Lo perempuan beruntung yang di cintai laki-laki dingin dengan cinta keduanya."

Nara mengerutkan dahinya, "Siapa cinta pertamanya?" sela Nara penasaran.

"Mama-nya." jawabnya membuat Nara mengulas senyumnya.

"Pantes Adit kepincut sama lo, lo punya hati yang baik dan senyum yang manis." lanjut Darrel membuat Nara terkekeh pelan.

"Lo gak mau nanya kenapa gue punya hati yang baik dan tau cara memperlakukan perempuan dengan baik sesuai yang lo bilang tadi?"

"Kenapa?"

Darrel mengulum senyumnya, "Karena gue punya adik perempuan,"

Mulut Nara sedikit terbuka membentuk O, ia sedikit terkejut. "Lo punya adik? Gue kira lo anak tunggal." Darrel menggeleng pelan.

"Punya saudara, pasti seru ya?"

Darel mengangguk dengan senyum tipisnya, "Tiada hari tanpa ribut, tapi seru banget."

Nara menundukkan kepalanya, sudah anak tunggal di tinggal orang tua meninggal. Sedih karena Nara hidup sendirian. Menyadari dengan diamnya Nara, Darrel merasa bersalah.

"Nanti kapan-kapan gue ajak lo ke rumah, main sama adik gue."

Nara mendongak dengan manik berbinar, "Bener ya?"

ALLOW (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang