BAB 44. SEDERHANA TAPI MENYAKITKAN

291 72 9
                                    

HARAPANNYA SEMOGA KALIAN BISA KASIH FEEDBACK, CUMA VOTE DAN KOMEN DOANG KOK

@ptr.wulansr_
@bulansipit.wp

H A P P Y  R E A D I N G
____________________________

Tetesan sisa air hujan masih berjatuhan meski tak sederas subuh tadi. Udara segar setelah hujan begitu menenangkan pikirannya. Nara mengeratkan cardigan hitamnya, ia menghela napas menatap jendela. Hujannya memang sudah tak sederas tadi, tapi jika pergi pun, sampai sekolah bajunya akan basah.

Nara melirik jam tangan yang melingkar di tangan kirinya, kalau terus menunggu hujan sampai benar-benar reda, ia bisa terlambat dan Nara malas bertemu dengan Pak Jono.

"Trobos aja lah," Nara memasukkan sandwich ke dalam tupperware lalu memasukkannya ke dalam tas.

Nara terperanjat kaget saat suara klakson mobil tiba-tiba berbunyi saat ia masih mengunci pintu rumahnya. Nara menatap mobil itu lama, sampai pemilik mobil itu keluar dan berlari ke arahnya.

"Kamu ngapain kesini?"

"Jemput pacar."

Nara menggigit pipi dalamnya, agar bibirnya tak melengkung ke atas. Kalau saja tak bisa di tahan, mungkin pipinya sudah merah merona.

Adit melepaskan jaketnya, ia menyampirkan jaket itu di atas kepala Nara agar tidak terkena tetesan hujan. Nara terdiam, posisi ini cukup membuat jantungnya berdebar lebih cepat.

"Udah natapnya?" suara Adit membuyarkan lamunannya, ia langsung memalingkan wajahnya malu.

"Dih pede banget."

Setelah masuk ke dalam mobil suasana tiba-tiba hening sejenak sampai suara dingin itu bersuara.

"Pake seatbelt nya sendiri atau mau gue bantu pake-in?"

"Pake-in," balas Nara sengaja.

"Ngga gratis, pipi lo bayarannya," Adit memajukan tubuhnya perlahan membuat Nara gelagapan.

"Sendiri, aku bisa pake seatbelt sendiri," pekiknya membuat Adit tertawa kecil.

Nara menatap kesal Adit yang masih tertawa kecil, "Kok kamu jadi mesum gini sih?!"

"Kok lo jadi makin gemesin sih?" Adit membalikkan ucapan Nara dengan menggodanya. Nara ingin sekali mencolok manik Adit, dan mengatakan jika ia tidak kuat ditatap seperti itu.

Adit mengusap surai rambut Nara saat melihat gadis itu yang salah tingkah, ia melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah Nara.

"Sarapan dulu, ya?"

"Ngga usah, aku bawa dua sandwich. Kamu belum sarapan kan?"

Adit menggeleng, Nara membuka tupperware dari dalam tasnya, ia memberikan satu potong sandwich itu pada Adit. Sementara laki-laki itu hanya menatapnya tanpa mengambilnya.

"Ini ambil,"

"Lo gak liat gue lagi nyetir?" tanya Adit tanpa menoleh pada Nara. "Suapin." lanjutnya lagi membuat Nara mendesah malas.

"Modus,"

Nara mulai menyodorkan sandwich itu ke dalam mulut Adit, laki-laki itu mengunyahnya dengan santai. Gerimis pagi ini mengantarkan perjalanan mereka menuju gerbang sekolah Cakrawala. Selama perjalanannya, senyum Nara terus mengembang. Setelah kemarin hatinya meredup, Adit kembali membuat hatinya menghangat.

"Makasih udah nganterin, aku keluar ya," baru saja hendak membuka pintu mobilnya, suara Adit menghentikan pergerakannya.

"Nara,"

ALLOW (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang