KOMEN DAN VOTE DI PERSILAHKAN
HAPPY READING
___________________________
"Untuk angin, sampaikan pada langit, jaga kebahagiaan ini untuk tetap utuh, selamanya sampai abadi."
***
"SO BASO," Rey dengan lantang berteriak memanggil tukang baso yang sedang mendorong gerobaknya meliwati warung babeh.
Tukang baso itu berhenti, "Mau berapa mangkok?"
"6 mangkok bang,"
Darrel menoleh terkejut, "Buat lo semua?"
"Ya nggak lah, gue baik pesenin buat lo semua," jawab Rey.
"Kita berlima, satu lagi buat siapa?" Gerry bertanya saat menyadari mereka hanya berlima namun Rey memesan baso enam mangkok.
"Siapa lagi kalau bukan buat dia, lo kayak gak tau perutnya Rey aja, melar." sahut Bara seraya memasukan kacang ke dalam mulutnya.
"Gue nggak," Adit bersuara sedari lamanya ia berdiam. Laki-laki dengan netra tajam dan wajah dingin itu bangkit.
"Lo mau kemana?" tanya Darrel saat melihat Adit yang melenggang pergi begitu saja.
Adit tidak menjawab, lelaki itu memilih menjauh dari suara bising yang diciptakan inti Brital. Otak dan hatinya sangat kacau sekarang, memikirkan perihal semalam, satu kalimat yang membuat Adit frustasi dengan hidupnya.
"Ini baksonya, selamat makan dan jangan lupa berdo'a dulu," tukang baso itu mengantarkan enam mangkok baso menggunakan nampan merah lalu meletakan satu persatu mangkok baso itu ke meja mereka.
"Makasih mang."
"Lo ngerasa aneh gak sih sama Didit?" tanya Darrel saat sudah berhasil mengunyah satu butir baso kecil di dalam mulutnya.
Rey mengangguk, "Tumbenan tuh anak mukul si Beno cuma gara-gara gak sengaja nyenggol, biasanya kan Didit gak mempermasalahkan itu,"
"Lebih dingin udah kaya dikurung di kulkas sebulan," Gerry menyeruput kuah basonya lalu ikut menimpali obrolan mereka.
"Gak usah gibahin Didit," Bara melerai mereka yang sedang membicarakan Adit. "Ini lo yang bayarkan Rey?" tanya Bara memastikan. Rasanya aneh jika dibayarkan oleh Rey si pemakan gratis.
Uhukk
Detik itu juga Rey tersedak mendengar pertanyaan Bara. Laki-laki yang di nobatkan playboy itu lantas mendongak, perlahan ia tersenyum menatap Bara seolah memberitahukan arti senyum yang ia berikan.
Bara menghembuskan napas panjangnya, sudah ia tebak, Rey tidak mungkin membayar bakso enam mangkok. Bala – bala Babeh satu biji saja minta bayarin Adit.
"Ngapain balik lagi Dit? Lo gak tahan sama godaan basonya kan?" tebak Darrel saat Adit datang kembali.
Adit tetap bergeming, ia membalasnya dengan memperlihatkan kunci motornya yang tertinggal. Setelah itu, laki-laki itu kembali menjauh dan pergi dari hadapan mereka.
Sepertinya, Adit butuh Nara di saat otak dan hatinya sedang mengambang dengan tidak jelas.
***
"Kamu udah makan? Mau aku buatin makanan gak? Atau mau minum?" cerocos Nara bertanya pada Adit. Sedari tadi lelaki itu sampai dan berakhir bersandar di sofa, Adit belum mengeluarkan suara sepatah katapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLOW (END)
Teen Fiction"Pada akhirnya, perpisahan menjadi jalan terakhir dari kisah kita" Ini tentang Radit Sanjaya, laki-laki yang harus berurusan dengan perempuan karena sebuah tantangan. Dan ini tentang Nara Safira, perempuan yang harus bertahan menjalani kisah hidupn...