BAB 27. ARZI MURKA

489 101 34
                                    

YUHU ALLOW UPDATE

KEMBALI DI INGATKAN UNTUK VOTE DAN KOMEN TERLEBIH DAHULU

JANGAN LUPA UNTUK SHARE CERITA ALLOW KE PENJURU SOSIAL YA

KALAU UDAH, CUSSS BACA

H A P P Y R E A D I N G
__________________________

"Hati itu kaya kertas, sekali dirusak tidak akan bisa kembali seperti semula"

***

Nara menghembuskan napas panjangnya, sedari tadi perutnya sangat tidak enak, ia duduk gelisah. Beruntung hari ini sedang jam kosong. Jadi Nara habiskan waktunya di perpustakaan seorang diri.

Tidak, Nara bukan anak rajin yang pergi ke perpustakaan untuk membaca buku. Gadis itu hanya numpang mendinginkan badan sambil meneruskan tontonannya yang semalam sempat tertunda. Tentu dengan alibi, membaca buku.

Nara bangkit, pergi keluar dan berjalan menuju toilet. Panggilan alam yang sangat mendesak.

"Pantes aja perut gak enak. Lo datang sih," celotehnya saat tahu penyebab perutnya tidak enak. "Datang tiba-tiba, gak datang bikin panik." lanjutnya lagi.

Nara menoleh ke belakang, melihat rok belakangnya yang ternyata ada setitik noda merah. Ia menghela napasnya, mengambil alih ponsel disaku seragamnya.

Qeiza Makaila, nama yang tertera dilayar ponselnya. Nara pergi menelpon temannya, meminta bantuan kepadanya agar membelikan roti khusus perempuan. Namun sudah tiga kali menelpon, Qeiza tidak mengangkatnya.

Nara berdecak kesal, gadis itu lalu beralih mencari nama Bima Nascala.

Lebih menyebalkan dari Qeiza, Bima malah menolak telponnya. Nara tahu, lelaki itu pasti sedang bermain game online.

Lalu Nara mencari kontak dengan nama Adandra Ranumariel, hanya lelaki itu pertolongan terakhir Nara.

Nara menghela napasnya lega, panggilannya sudah terhubung dengan Adan.

"Adan?," panggil Nara.

"Kenapa, Ra?" suara Adan terdengar dari seberang telpon.

"Qeiza kemana?"

"Tidur."

"Kalau Bima?"

"Biasalah. Ada apa, Ra?"

Nara menggigit bibir bawahnya, gadis itu tidak enak mengatakannya.

"Eumm, itu Dan, gue... bocor"

"Apanya yang bocor, Ra?" tanya Adan tak paham.

"Itu loh, Dan, masa gak tau."

"Kalau gue tau gak bakal nanya, Nara."

"Adan beliin gue roti,"

"Roti rasa apa, Ra?" tanya Adan.

Nara memijit pelipisnya sebentar. Bukan roti itu yang dimaksud Nara. Tapi, roti khusus perempuan.

"Roti jepang, Dan."

Adan menghela napasnya lelah, "Jauh, Ra. Sari roti aja ya, khas Indonesia. Yang local aja sih, Ra." jawab Adan.

Nara ingin menangis saja rasanya, ia sudah lelah memberi clue pada orang yang sama sekali tidak peka. Nara berdecak pelan, "Makanya, punya pacar, Dan. Biar ngerti bahasa perempuan."

ALLOW (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang