BAB 48. LUKA DAN DUKA

417 68 104
                                    

Vote dan Komen dulu ya gesss

H A P P Y  R E A D I N G
***

Adan menepuk-nepuk punggung Bima dengan prihatin, "Ikhlas, kan?"

Bima menghela napas sejenak, pemandangan di hadapannya membuat rongga dadanya terhimpit batu besar, sangat sesak. Namun apa yang bisa Bima lakukan selain merelakan dan mengikhlaskan.

Melihat Nara yang berciuman dengan Adit cukup membuat dirinya sadar bahwa ia tidak bisa memiliki Nara seutuhnya. Cinta Nara tidak ada untuknya melainkan ada pada Adit. Bima juga tidak bisa memaksa Nara untuk membalas rasa sayang dan cintanya, cukup untuk merelakan Nara bahagia adalah pilihan yang tepat.

"Ikhlas paling serius Dan, ridha lillahita'ala," decak Bima kesal karena merasa di kasihani dan merasa terledek. "Ck, udah ayo ah."

"Ayo kemana sih?"

"Samperinlah,"

Adan menjewer telinga Bima dengan pelan, membantu mengarahkan objek yang sdari tadi mereka lihat. "Lihat, mereka udah pergi. Udah ayo buntutin aja."

Akhirnya, motor yang di kemudikan oleh Bima membuntuti mobil hitam yang ditumpangi oleh Nara. Kedua tangan Adan beretengger pada bahu Bima.

"Pelan – pelan Bim,"

"Gak bisa Dan, kita bisa ketinggalan." balas Bima, matanya focus menyetir motor dengan kecepatan yang cukup tinggi membuat Adan merasa dibawa terbang menuju akhirat.

"Awasss..."

Brakkk

Motor yang di kemudikan oleh Bima jatuh menabrak trotoar akibat menghindar dari anak ayam yang tiba – tiba menyebrang jalan.

"Gue bilang juga apa Bim, pelan – pelan. Jatuhkan sekarang kita," ujar Adan mendumel. Mungkin jika Bima menuruti perkataan Adan dengan menurunkan kecepatan gasnya tidak akan jatuh seperti sekarang.

"Tico kamu gapapa kan sayang, ada yang luka gak? Apa perlu kita ke dokter sekarang babe?"

Suara perempuan terdengar begitu khawatir, Bima berdecak kesal saat melihat perempuan itu menatap khawatir seekor anak ayam berwarna coklat. Laki-laki itu langsung berkacak pinggang menatap ke arahnya.

"Woy, gila lo ya. Gara-gara anak ayam lo itu gue jadi jatuh, dan lo masih nanya kabar ayam jelek lo itu?" seru Bima menatap penuh perempuan itu dengan kesal.

"Ehh kamu ngatain aku gila? Kamu tuh yang gila mau nabrak Tico kesayangan aku," perempuan itu justru memarahi Bima balik karena hampir menabrak Tico.

"Kamu kamu, kita gak pacaran," sergah Bima dengan ucapan perempuan itu yang menggunakan aku-kamu. Rasanya sangat aneh bagi Bima.

"Siapa juga yang mau pacaran sama orang batak yang kasar kaya kamu," elaknya seraya mengusap – usap lembut bulu Tico yang lebat.

Bima membulatkan matanya terkejut, apa katanya? Orang batak. What. "Gue bukan orang batak!"

Adan mengehela napas melihat pertengkaran keduanya, laki-laki itu lalu memegang bahu Bima dengan gelengan kepalanya, "Gak usah diladenin, ayo kita bisa ketinggalan mobil si kulkas."

Seakan tahu tujuannya bolos adalah menemui Nara bukan justru beradu mulut dengan perempuan gila yang menyayangi anak ayam. Bima langsung menaiki motornya lalu di ikuti Adan dibelakangnya. Mereka kembali mengejar mobil Adit yang mulai menjauh.

"Itu Bim," Adan menunjuk mobil hitam yang di kenalinya. Mobil yang ditumpangi Nara didalamnya. Bima menancapkan gasnya lebih tinggi lagi agar tidak tertinggal jauh.

ALLOW (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang