BAB 8. MENDAPAT TANTANGAN

674 126 67
                                    

HELLOO, ALLOW UPDATE NII

MOHON MAAF LAMA NUNGGU, MUNGKIN CHAPTER SELANJUTNYA JUGA AGAK LAMA YA:)

JANGAN LUPA SHARE CERITA ALLOW YAKKK

JANGAN LUPA VOTE SAMA KOMEN JUGA YAAAA.

H A P P Y  R E A D I N G
_________________________________

"Nak?," panggil Gina pada Adit.

Adit menghentikan langkahnya menaiki tangga, lelaki itu menoleh pada wanita paruh baya yang sedang duduk disofa ruang tamu dengan the hangat yang menemaninya membaca majalah.

"Kenapa baru pulang?," tanya Gina lagi saat Adit sudah duduk dihadapannya.

"Ke rumah Ibu." jawabnya dingin.

Gina menghela napasnya lelah, "Kamu jangan terlalu sering kesana, nak." ujarnya.

Adit menatap dingin Gina. "Mama gak ada hak untuk larang Adit." balasnya lebih dingin. Lelaki itu kemudian bangkit namun segera ditahan oleh Gina.

"Sebentar dulu sayang. Mama belum selesai bicara." ujarnya membuat Adit mau tak mau harus kembali duduk.

"Hanya kamu dari keluarga besar Sanjaya yang--" ucapan Gina terpotong saat melihat anak semata wayangnya melangkah pergi. Padahal Gina belum menyelesaikan ucapannya. "Mama belum selesai bicara sama kamu Adit." ucap Gina sedikit berteriak.

Adit menghela napasnya malas. "Aku tau arah pembicaraan Mama. Aku cape mau istirahat." ujar Adit sambil melangkah menaiki tangga menuju kamarnya.

Gina menghela napasnya lelah. "Keras kepala, sama seperti Papamu."

Adit mengambil handuk lalu melangkah menuju kamar mandi. Setelah lama melakukan ritual mandi, Adit keluar mengenakan celana pendek dengan kedua tangannya terulur mengeringkan rambutnya yang basah. Kebiasaannya jika tertidur tidak pernah memakai baju.

Adit duduk ditepi kasurnya. Berusaha untukmelupakan segala permasalahan.

***

"BIMAAAAAAAAAA." teriak Nara saat melihat Bima hendak keluar kelas bersama Adan.

Bima menoleh, begitupun dengan Adan. "Gak usah teriak, Ra. Gue gak budeg." balas Bima.

"Laper," kata Nara, gadis itu lalu tersenyum manis pada Bima.

"Makan dikantin bukan teriak didalem kelas." jawab Bima pada Nara.

"Lo yang bayar ya,"

Bima mendelik, "Enggak."

"Kan lo punya janji traktir gue seminggu." kata Nara kembali mengingatkan janji Bima padanya.

"Gue udah maksa tapi lo tetep gak mau. Lo bilang kemarin suruh lupain. Yaudah selesai, duit gue aman." ujar Bima.

Nara mengerucutkan bibirnya sebal. "Ihh gue bilangin bokap gue nih." ancam Nara pada Bima.

"Bokap lo kan udah gak ada, Ra." ujar Bima pelan.

Nara terdiam sebentar. Ah sial, Nara lupa kalau saat ini ia sudah tak punya siapa – siapa lagi.

"O-oh i-iya gue lupa." kata Nara pelan. Gadis itu menundukkan kepalanya, menutupi raut sedihnya agar tidak terlihat.

"Bim," tegur Qeiza pelan. Maniknya menatap tajam Bima, mengisyaratkan bahwa ucapannya membuat Nara kembali sedih.

"Bim," tegur Adan juga sembari menoyor kepala Bima.

ALLOW (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang