HELLO SOBAT
JANGAN LUPA VOTE SAMA KOMEN DULU YU SEBELUM BACA
JANGAN LUPA SHARE CERITA ALLOW, OKEY
H A P P Y R E A D I N G
___________________________"Jam 7, kumpul rumah Bara, eh rumah Bunda. Bara kan gak punya rumah, dia kan cuma numpang. Anak pungut yang beruntung." ujar Gerry santai sambil memakan cemilan kacang andalannya.
Bara tersenyum sembari mengusap rambut belakang Gerry, usapannya dari lembut perlahan menjadi kasar dan tak lama kemudian kepalanya terdorong, itu hasil dari toyoran Bara di kepala Gerry karena terlalu gemas dengan ucapannya.
"Masih mending gue anak pungut dari pada lo, anak dajjal." balas Bara pada Gerry.
"Oh satu lagi, Bunda masak banyak malam ini, jangan makan lo ya! Awas aja kalau ketauan makan!" sambung Bara mengancam Gerry dengan makanan gratis yang tak boleh di sia - siakan Gerry sebagai anggota dari Pasukan Kaum Gratis.
"Mampus!" ledek Rey tertawa puas.
Darrel terkekeh melihat raut wajah Gerry yang langsung masam. Lelaki itu langsung mengusap bahu Gerry memberi kekuatan. "Sabar, orang sabar anu nya panjang." ujar Darrel terkekeh.
Gerry mencebik kesal, ia selalu saja ternistakan, sudah hukum alam, orang imut sepertinya memang sering ternistakan.
Lalu Gerry menoleh, menatap lelaki dingin yang menjadi satu - satunya harapan Gerry untuk membantu dirinya yang ternistakan ini.
"Didit? Mau ngasih Gerry makan?." tanya Gerry dengan harapan yang begitu besar.
Adit mendongak sembari memasukan ponsel ke dalam saku celananya, lalu lelaki itu mengangguk membuat Gerry tersenyum senang.
"Harus sedekah sama fakir miskin." ujar Adit santai namun begitu menusuk ginjal.
"HAHAHA..." ledak tawa mereka seketika menggema disudut Warbeh saat mendengar jawaban Adit.
Orang dingin yang irit bicara, sekalinya bicara nusuk sampai ke ginjal, usus sampai berbelit, sakit men bikin mental langsung down.
"Nyelekit banget, gak bohong." ujar Gerry dramatis sembari memegang dadanya.
Adit bangkit, di ikuti Bara, Rey, dan Darrel yang meninggalkan Gerry dengan sisa kekehannya. Gerry menghela napasnya lelah menatap kepergian para kutu kampretnya yang begitu laknat.
"Udah dinistain, eh ditinggalin juga. Nasib nasib."
***
Bima Nascala : Gue didepan.
Setelah Nara membaca pesan yang dikirimkan oleh Bima, gadis itu langsung bergegas menuju pintu utama rumahnya, tak lupa mengunci pintu rumahnya. Nara menghampiri Bima yang sudah berada diatas motor miliknya.
"Bima, gue cantik ga?." tanya Nara pada Bima.
Bima menoleh pada gadis yang berdiri disampingnya dengan cardigan crop berwarna cream dan rok jeans pendek berwarna putih. Lelaki itu meneliti Nara dari atas sampai bawah, lalu kembali menatap Nara yang tengah tersenyum manis.
"Gak." jawabnya.
Senyum Nara seketika luntur, gadis itu mencebik kesal karena tak sesuai dengan harapannya. Nara pikir, Bima akan mengatakan jika dirinya cantik dengan manik yang berbinar. Nyatanya, Bima tetaplah Bima, lelaki yang akan selalu mengatakan kejelekan tentang Nara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLOW (END)
Teen Fiction"Pada akhirnya, perpisahan menjadi jalan terakhir dari kisah kita" Ini tentang Radit Sanjaya, laki-laki yang harus berurusan dengan perempuan karena sebuah tantangan. Dan ini tentang Nara Safira, perempuan yang harus bertahan menjalani kisah hidupn...